Kantor Berita Cina Xinhua pada hari selasa (22/1) melaporkan, pemerintah Indonesia menyepakati penempatan 7 radar Amerika di Selat Makassar. Menteri Pertahanan Indonesia menyatakan, tujuan penempatan radar itu untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan perairan Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Menhan Indonesia menambahkan, pemerintah AS telah berjanji membantu Indonesia menjamin keamanan perairan Indonesia dan mencegah munculnya serangan bajak laut.

Selama ini, Indonesia di mata AS memiliki letak geopolitik yang sangat strategis di Asia Tenggara. Kedekatan Indonesia dengan Cina, letaknya yang berada di lalu lintas laut internasional Selat Malaka dan memiliki sumber-sumber kaya minyak dan gas di samping mayoritas penduduknya yang beragama Islam merupakan faktor-faktor yang membuat AS menjadikan Indonesia sangat penting dalam politik luar negeri AS.

Di masa perang dingin, Amerika melakukan infiltrasi ke dalam militer Indonesia dan menjadikan negara ini sebagai pangkalan militer pendukung dalam operasi-operasi militer negaranya di Asia Tenggara. Hubungan AS dan Indonesia merenggang sejak lengsernya Soeharto, orang kuat Orde Baru dan protes keras rakyat Indonesia soal hubungan militer negaranya dengan Washington dalam peristiwa kemerdekaan Timor Timur. Dampaknya, pada tahun 1999 hubungan militer AS dan Indonesia mulai renggang.

Dinginnya hubungan militer AS dan Indonesia tidak berarti Washington berdiam diri. Amerika tetap berusaha menginfiltrasi Indonesia. Berkali-kali Washington minta diperbolehkan hadir di Selat Malaka, namun protes pemerintah Malaysia dan Indonesia membuat niatan itu tidak kesampaian.

Gagal di Selat Malaka tidak membuat AS mundur dan sebagai gantinya, Kementerian Pertahanan AS Washington menginginkan kehadirannya di Selat Makassar. Sebagai imbalannya, AS menawarkan penjualan senjatanya ke militer Indonesia. Terutama setelah melihat Indonesia mulai melirik negara-negara lain, seperti Rusia sebagai alternatif penyediaan alat utama sistem senjata (Alut Sista).

Tampaknya, ketamakannya membuat AS tidak rela melihat Indonesia melirik negara lain sebagai rivalnya dalam penjualan persenjataan militer. Lawatan pejabat-pejabat militer Amerika ke Indonesia dan juga kunjungan Condoleezza Rice, Menteri Luar Negeri AS dua tahun lalu menunjukkan kecenderungan AS mengukuhkan hubungan militernya dengan Jakarta.

Ini menunjukkan AS memandang posisi Indonesia masih signifikan di Asia Tenggara. Sekalipun tampaknya Jakarta menyepakati penempatan radar-radar AS di negaranya menunjukkan Indonesia memberikan harapan kepada AS untuk kembali infiltrasi negaranya.

Namun penentangan rakyat Indonesia yang semakin meningkat terutama soal politik agresi dan campur tangannya di Irak, Afghanistan dan dukungan mutlaknya terhadap Rezim Zionis Israel merupakan faktor-faktor penting yang tidak boleh dilewatkan begitu saja oleh pemerintah Indonesia.

Sekalipun pemerintah Indonesia beralasan penempatan radar AS untuk menghadapi terorisme, tapi kerja sama militer Amerika, khususnya dalam senjata modern tidak punya hubungan dengan masalah terorisme. Lalu apa?

(http://indonesian.irib.ir/ 23/01/ 2008)