Blogger Themes

News Update :

Kota Bojonegoro Terendam: Bupati, Mana Tanggung Jawabmu?

Rabu, 02 Januari 2008

Tuesday, 01 January 2008

Ulurkan dana Anda melalui Posko HTI Peduli Banjir cabang Jawa Tengah: Rekening BCA 015-222-7947 a.n. Ahmad Fadholi: , dan Jawa Timur: Rekening BCA 258-051-9949 a.n. Rizka Miladiah.


 Syabab.Com - Sampai pada hari ke-3 bencana banjir di Bojonegoro belum tampak pemda turun tangan dengan maksimal. Banyak elemen masyarakat yang bersusah payah melakukan evakuasi, menyalurkan logistik dll, tetapi satkorlak pemda justru tidak segera turun tangan. Banyak warga yang mengeluh karena satkorlak tidak segera mengevakuasi keluarganya. Lebih menyakitkan lagi sebagaimana dimuat di Radar Bojonegoro, ketika belum dievakuasinya beberapa warga dengan entengnya Bupati bilang, mereka sebaiknya segera mendatangi satkorlak.


Padahal banyak warga yang mengeluhkan ketika datang meminta bantuan ke satkorlak justru terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab. Itupun pulangnya hanya membawa 4 bungkus mie instant. Beberapa warga setempat mendatangi kantor pemda sambil teriak lapar,lapar,lapar. Kepala Basarnas Laksda Bambang Karnoyudho, juga mengeluhkan koordinasi dengan pemda setempat. Ketika diajak rapat koordinasi yang datang malah Satpol PP begitu katanya. Apakah hal ini ada kaitanya dengan kekalahan Bupati sekarang dalam pilkada beberapa waktu yang lalu??? Wallahu alam.

Bojonegoro Kota Mati

Surutnya permukaan air Bengawan Solo, pada Senin (31/12), yang menjadi sumber banjir di Bojonegoro tidak otomatis menyurutkan genangan dipermukiman warga. Seluruh akses menuju Bojonegoro terputus. Ketinggian air diberbagai tempat terus meningkat dari semula hanya selutut terus naik hingga seleher orang dewasa. Seluruh kendaraan tidak bisa memasuki kota. Jalur ke selatan menuju Nganjuk putus.

Koordinasi semakin sulit dengan terganggunya sinyal ponsel dari Telkomsel. Harga BBM dipasaran naik dari Rp 5000 per liter menjadi Rp 7000 – Rp 10.000. Harga beras yang semula Rp 5000 perkilo naik menjadi Rp 11.000. Tempe ukuran 20 cm naik dari Rp 1.500 menjadi Rp. 4000. Ikan pindang Rp. 1000 menjadi Rp. 3000. Banjir menenggelamkan 117 desa dan 14 Kecamatan. Kota Bojonegoro ibarat kota mati karena listrik PLN juga di padamkan.

Kota Bojonegoro Terendam

Luapan air bengawan solo terus merendam seluruh kawasan kota Bojonegoro pada Minggu, 30 Desember 2007. Korlap memutuskan memindahkan lokasi posko. Hal ini mengingat posko utama di Jl Basuki Rahmat 17 terendam banjir sampai sepinggang manusia dewasa. Posko 2 segera dievakuasi keluar kota. Akhirnya kita memutuskan pusat Posko dindahkan ke trotoar pintu masuk kota Bojonegoro dari arah timur. Wilayah kota berada 3 meter dibawah permukaan air Bengawan Solo, demikian dikatakan Moelyono Koordinator penanggulangan dampak bencana. Distribusi bantuan macet, karena sarana khusunya perahu sangat terbatas. Itupun hanya mengevakuasi tempat-tempat yang mudah jangkaunya. Mayoritas bantuan terkonsentrasi dititik-titik tertentu.

Namun pos banjir yang dibuat HTI Bojonegoro tetap berusaha menyalurkan logistik ketempat-tempat yang jauh dari jangkauan. Dibuat dengan dua kelompok menuju kawasan Ledok Kulon yang terisolir. Namun karena terjadi terjangan air yang dasyat dari arah barat tim kesilitan menuju ke lokasi. Alhamdulillah, banyak orang yang menitipkan makanan, mie instant, minyak goreng pakaian bekas, roti dll untuk disalurkan.

Banjir Akhirnya Datang Juga

Sabtu, 30 Desember 2007, Jam 3.30 Abdul Syam menghubungi korlap kalau banjir mulai memasuki kota. Pagi jam 5.30 korlap berusaha memantau keadaan kota. Air mengalir dengan deras dari arah selatan kota. Hal ini terjadi karena warga yang ada dibalik tanggul berusaha menjebolnya karena kawatir rumahnya tenggelam. Jir Jie Jir Beh (Banjir siji, Banjir Kabeh ) begitulah pikir mereka. Tapi apa yang terjadi kemudian? Air terus memasuki kota dengan cepat. Dari arah selatan banjir melewati Jalan Patimura, Panglima Polim, Jalan Untung Surapati, Jalan Gajah Mada terus ketimur. Dari arah utara banjir datang dari pasar besar, jalan Imam Bonjol, Kartini, Teuku Umar, Pemuda, Basuki Rahmat terus ketimur.

Melihat kondisi yang semakin parah, Syabab HTI Bojonegoro pada jam 08.00 wib menggelar rapat mendadak untuk membahas agenda yang bias dilakukan hari ini karena kondisi tidak sesuai yang diperkirakan tadi malam. Setelah rapat, syabab sepakat hari untuk melakukan evakuasi.

Sementara itu warga bojonegoro tepatnya di kota mulai panik melihat air yang dengan cepatnya memasuki rumah-rumah mereka tidak sedikit warga yang sudah berancang-ancang untuk mengungsi di tempat yang lebih tinggi atau keluar kota Bojonegoro.

Menjelang maghrib air sudah menggenangi sebagian besar jalan-jalan protocol ini berarti rumah-rumah sudah merata kemasukan air. Tepat jam 24.00 seluruh kota Bojonegoro tergenang banjir.

Jumat Yang Kelabu

Jumat 29 Desember 2007 air di Bengawan Solo tiba–tiba naik mendekati tanggul. Orang-orang menjadi panik. Abdul Syams, syabab HTI yang kebetulan rumahnya dekat dengan tanggul berinisiatif bersama warga melakukan evakuasi warga yang ada diseberang tanggul. Namun karena keterbatasan perahu, evakuasi tidak dapat maksimal. Disamping itu banyak warga yang belum bersedia dievakuasi karena berbagai hal; antara lain mereka mengira banjir cepat selesai, dan ada juga yang khawatir meninggalkan barang atau ternak yang dimilikinya. Sore harinya Abdul Syam menghubungi PJ Bojonegoro, kalau ada akhwat dan keluarganya yang belum berhasil dievakuasi.

Namun karena hari sudah menjelang senja evakuasi terpaksa dihentikan, disamping itu juga baling-baling kapal patah. Kita beruapaya menggunakanan kapal yang lain. Upaya pencarian terus dilakukan tetapi karena sulitnya medan dan komunikasi juga putus sampai maghrib kita belum berhasil menemukan. Jam 21.30 WIB kita dapat mengontak akhwat tersebut dan alhamdulillah sudah berhasil menyeberang sungai. Malam harinya rapat memutuskan membuat 3 posko banjir. Posko I di Jl Basuki rakhmat 17 Bojonegoro, Posko II di pelataran dealer Mitsubishi perempatan Jl Diponegoro samping pos Polisi. Posko III di Ledok Kulon yang ada disamping tanggul.

Sementara itu daerah di wilayah barat dari kota Bojonegoro yaitu kecamatan kalitidu, purwosari, padangan tepatnya di desa-desa yang dekat bengawan solo sudah banyak rumah-rumah yang sudah kemasukan air. Sejumlah warga sudah mulai memindahkan barang atau hewan ternaknya ke tempat-tempat yang aman. Kebanyakan warga melihat pemandangan seperti ini biasa-biasa saja karena kejadian seperti ini sudah biasa terjadi setiap tahunnya. Tetapi ada juga yang khawatir bagi warga yang yang mendapat informasi bahwa waduk gajah mungkur dibuka dan air kemungkinan akan semakin tinggi di Bojonegoro. [m/reportase: tmb-bojonegoro/syabab.com]

Share this Article on :

0 komentar:

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.