Blogger Themes

News Update :

Sandal Jepit Saifah

Jumat, 23 Oktober 2009



Oleh: Yuni Astuti

Melihat penampilannya dari atas, orang akan hormat sekali. Biasa saja, kerudung yang melambai-lambai seperti layar kapal, jilbab yang menjuntai berwarna cerah, ransel yang disandangnya di punggung, dan... biasanya siapa saja yang melihat bagian bawahnya, akan berkomentar demikian:

“Ih! Akhwat kok pakai sandal jepit?”

Aku sebagai temannya, mafhum mengapa dia, Saifah berpenampilan seperti itu. Kawan, ada sejarahnya mengapa Saifah terlihat begitu cuek dalam berpenampilan. Hampir ke mana-mana dia selalu memakai sandal jepit. Sampai kami menjulukinya “SSJ”. Saifah Sandal Jepit. Memang keterlaluan Kak Uut itu, masa sampai menjuluki Saifah begitu rupa. Jadilah akhwat-akhwat lain mengikuti Kak Uut. Adapun Saifah, hanya cengengesan mendengar julukan itu, dengan tawa khasnya seperti anak kecil:

“Heuheuheu....”
Kalau ke kampus, dia sudah sering dimarahi dosen gara-gara sandal jepitnya itu. Sandal bukan untuk kuliah, sandal cuma pas untuk ke WC! Kalau mau kuliah, berpakaian yang sopan dong. Tidak tahu tata krama. Waduh, bisa-bisa citra akhwat runtuh hanya karena seorang Saifah. Memang kurang ajar ni akhwat, gayanya sok proletar amat seperti lelaki-lelaki lain di pergerakan sosialis yang memakai sandal jepit kalau ke kampus, ya walaupun tidak semuanya.

Setiap kali kunasehati, Saifah diam mendengarkan. Tertunduk ia mendengarku membicarakan kesopanan, citra akhwat, dan sebagainya. Aku merasa di atas angin, uhf...hanya omonganku rupanya yang mau didengar Saifah, si akhwat brengsek ini. Tapi, baru saja berapa meter aku terbang, aku sudah terjerembab ke tanah lumpur sebab Saifah mulai menunjukkan ketengilannya. Yakni...

“Heuheuheu....”
Itu kalau ke kampus. Lain pula ketika kami rapat, ini wajar saja sebab ketika kami rapat, sepatu atau sandal tak punya tempat dalam pembicaraan kami. Tempat mereka di luar! Kami tak memandang dari alas kaki jenis apa yang dipakai. Ya, itu bisa dipastikan, sandal japit Saifah bertengger dengan aduhai di antara sepatu-sepatu kami.

Tetapi, luar biasa tak tahu adat, ketika pada suatu kesempatan dia diundang menjadi pembicara seminar kemahasiswaan. Sebagai pembicara dari kalangan mahasiswa berprestasi! Masya Allah, dia naik ke panggung memakai sandal jepit bututnya itu, jamuran, sudah aus dan lebih bersih sedikit karena sebelum masuk ruangan ia gesekkan pada genangan air. Naudzubillah si Saifah ini. Pantas saja banyak peserta yang bisik-bisik melihat jemari kaki Saifah menggeliat di balik kaos kaki belang-belangnya ketika sandalnya ia lepaskan. Bicaranya sih mungkin bagus, tapi penampilan cueknya itu.... kabina-bina !

Jangan tanya mengapa sandalnya sering kotor, itu karena dia jarang mencucinya. Mau tahukah Kawan, kapan ritual suci pencucian sandalnya? Baiklah...akan kuceritakan. Pada bulan-bulan musim hujan, ketika kami sibuk memindahkan sepatu takut basah, dia malah bersorak karena itu tandanya hujan bisa mencuci sandalnya yang dekil. Atau, jika kebetulan dia kehujanan, dengan riang ia nyemplung ke genangan air, untuk menginjak-injak air itu, maka bersihlah sandal ajaibnya!

“Kalian boleh menghina Saifah. Tapi jangan sekali-kali menghina sandal jepit keramat ini!” ujarnya suatu ketika. Rupanya ia sudah tak tahan lagi mendengar ocehan kami tentang sandal ajaibnya. Tak ada yang istimewa. Sandal berwarna hijau, yang sudah aus itu. Pernah suatu ketika, sandalnya putus. Kukira itu pertanda akan berakhirlah riwayat sandal jepit Saifah, eh, ternyata besoknya ia tetap memakai sandal itu. Di bawahnya telah terpasang peniti agar dapat membuat sandal itu tersambung kembali. Luar biasa!

“Sandal jepit ini bukan sembarang sandal jepit. Dia akan membawaku pada jodohku, pangeran berkacamata... Tau??!” ucapnya dengan gaya khas anak kecil ketika merasa paling tahu di antara teman-temannya.

Tentu saja kami ngakak mendengar cerita itu. Ada-ada saja Saifah ini. Bagaimana mungkin sepasang sandal jepit kotor, jelek, bau, aus dan sering putus itu bisa mempertemukannya dengan jodohnya? Memangnya dia Cinderella? Nanti pangeran—menurutnya pangeran berkacamata—akan datang mencari-cari sandal butut itu? Benar-benar imajinasi yang luar biasa.....ngaco!

Ketika menceritakan kisah sandal jepit itu, Saifah tampak sangat serius meski kawan-kawan meremehkannya.

Kisahnya bermula saat ia mudik ke Jogja. Suatu sore sepulang dari Kaliurang—mungkin mengunjungi kera-kera di hutan—ia mampir di masjid Terban, untuk sholat ashar. Baru masuk ke halamannya yang kecil itu, ia mendengar seorang ikhwan sedang ceramah pada ibu-ibu di teras masjid. Ikhwan itu suaranya menggema hingga ke tempat wudhu dan Saifah mendengarkan isi ceramahnya itu tentang bagaimana cara menjaga keimanan. Saifah kagum, apalagi ketika melewati teras itu ia melihat sekilas kalau ikhwan itu memakai kacamata. Aku heran, kenapa Saifah begitu terobsesi pada ikhwan berkacamata.

Singkat kata, usai sholat itu Saifah tercengang melihat sandal jepitnya yang berukiran nama dan nomor HP-nya raib! Dia memang antik, masa sandal jepit diberi nomor HP segala. Katanya, “kalau hilang kan bisa dikembalikan.”

Masya Allah... Sampai sebegitunyakah kau Saifah? Cuma sandal jepit kok begitu perhatian seperti menjaga berlian?

Saifah kalut, dan ikhwan berkacamata itu tak lagi ceramah. Ia sudah tiada dan rombongan ibu-ibu tadi juga sudah pergi semua. Saifah resah, ke mana sandal jepit warna-warninya? Bertuliskan nama dan nomor HP, berharap si pencuri bersedia mengembalikannya. Hanya ada sepasang sandal jepit hijau di pelataran. Saifah pungut dan meneliti keseluruhannya. Ah! Wajahnya sumringah, melihat sebuah nama tertera di sana: Revoltio.

Pasti! Pasti ikhwan berkacamata itu namanya Revoltio! Tak mungkin ibu-ibu yang memiliki nama seindah ini. Batin Saifah berspekulasi saat itu. Ia amat yakin kalau sandalnya—yang bertuliskan nama dan nomor HP-nya—dibawa pergi oleh pangeran berkacamata tadi. Pikirku, jika benar adanya, berarti ikhwan itu sedikit lebih tidak norak dibandingkan Saifah. Ya, iseng amat sih mengukir namanya di sandal jepit! Pantas saja Saifah amat menyayangi sandal Revoltio itu.
***

Begitulah hari-hari kami bersama Saifah. Terkadang, setelah mendengar ceritanya itu kami memanggilnya: Saifah Revoltio. Maka kembang kempislah hidungnya, merahlah pipinya karena merasa disandingkan dengan sang pangeran berkacamata.

Percayakah Kawan? Saifah memang bertemu dengan pangerannya. Hal itu rasanya mustahil. Peristiwa mudiknya ke Jogja itu tiga tahun yang lalu. Artinya selama tiga tahun kami menemaninya dalam kegilaan akan sandal jepit ajaib itu.

Ya, tiga tahun berlalu. Bermakna pula, Saifah telah menyelesaikan studinya di kampus. Besok dia wisuda, Kawan! Dia akan menjadi Sarjana Hukum Islam! Bahagia aku melihat dia malam ini mematut dirinya di depan cermin memakai jilbab warna coklat yang sudah dipesan jauh-jauh hari. Dia sendiri yang merancang skestsanya. Aih....pasti dia sangat manis ketika memakainya besok. Aku pun terpikir pada sepatunya. Bayanganku, dia akan tampak semakin anggun jika memakai sepatu berhak. Minimal haknya itu dua centimeter lah...

Aku berdebar ketika perlahan ia membuka lemari kayunya. Ia berjongkok untuk mengambil sebuah kardus kecil, ah! Pasti isinya sepatu high heels yang mewah. Ia membawanya ke hadapanku, membukanya pelan dan hati-hati. Masya Allah! Aku ternganga-nganga sementara ia tersenyum jenaka.

“Heuheuheu....”
Yang ada, sandal jepit butut yang sudah dicuci dan direndam dalam pelembut sehari semalam. Oh my Gosh!!!

Suasana wisuda ramai oleh wisudawan dan wisudawati beserta keluarganya yang banyaknya bisa mencapai satu kelurahan. Para pedagang bunga dan mainan anak-anak. Tak lupa pedagang makanan dan minuman. Meriah sekali seperti hajatan di kampung. Saifah melenggang seperti biasa dengan sandal jepit bohainya. Kami geleng-geleng kepala. Aku membayangkan, bagaimana nanti kalau dia menikah, apakah akan tetap memakai sandal jepit? Dia melambai-lambaikan tangannya menuju tempat duduk mahasiswa. Kami balas melambai.

Selesailah pendidikan formalnya di kampus ini. Sementara aku masih ketar-ketir mengerjakan skripsiku yang belum juga selesai. “Makanya, kerjakan! Jangan dipikirkan terus!” celotehnya suatu ketika. Saifah, ya ya ya, kawanku yang sebenarnya baik hati tapi terkesan bodoh dan aneh di hadapan kawan-kawan. Hanya karena senang memakai sandal jepit.

“Kenapa sih kalian senang sekali menyuruhku memakai sepatu? Kepribadian itu tak ditunjukkan dari sandal atau sepatu... Memangnya ada hadits yang mengharamkan kita memakai sandal jepit gitu?” katanya suatu waktu.

“Biar sopan katamu? Hey, menurutmu, pejabat yang pakai sepatu mengilap sampai silau aku melihatnya tertimpa cahaya matahari itu sopan? Iya, sopan ya? Harusnya memikirkan rakyat, ini malah ngurusin proyek! Trus, artis-artis yang tak punya urat malu itu sopan ya ketika melenggak-lenggok memakai high heels sementara udelnya diobral ke sana ke mari?

“Lalu, aku yang hanya memakai sandal jepit ini tak sopan ya? Tak tahu tata krama ya? Ala siapa sih? Tidak sesuai manner ya? Aku harus sekolah kepribadian dulu ya?”

Demikian Saifah, kata-katanya kini membuatku ingin menitikkan airmata ketika naik ke podium untuk memberikan sepatah dua patah kata sebagai perwakilan mahasiswa. Pidatonya sederhana, tak ada teori-teori atau kaidah-kaidah ushul yang ia paparkan untuk menunjukkan bahwa dirinya sekarang sudah sarjana. Ia hanya mengucapkan terima kasih pada semua dosennya, dan meminta maaf kalau selama ini ia suka memakai.....

Kami berpelukan usai perhelatan itu. Ia tersenyum saat kami memberinya serangkum bunga. Senyumnya lebar, namun setelah lama kami berbincang-bincang dia tampak muram. Matanya berkata demikian meski bibirnya menyunggingkan senyum indah.

“Saifah kenapa?”
Ia diam saja, matanya memandangi sandal jepit di kakinya. Oh, pasti Revoltio. Pangeran berkacamata itu. Hm, ya aku paham. Tapi tak ada yang bisa aku lakukan untuknya....
***

Seperti biasa, setiap minggu pagi kami berjualan piscok di alun-alun Serang saat banyak orang olahraga di sana. Pagi itu, ajaib sekali Kawan. Pasti kalian menyangka ini sinetron, atau cerpen yang dibuat oleh seorang yang sedang mengigau. Tebak sajalah!

Ada seorang pembeli, ikhwan memakai jaket hitam dan berkacamata. Saifah sampai terpekur memandangi orang itu sampai aku menepuk bahunya. Ia menundukkan pandangan, benar-benar menundukkan pandangannya ke arah...kaki ikhwan itu!

Masya Allah! Ikhwan itu memakai sandal jepit...!

Saifah dengan polosnya meminta ikhwan itu melepas sandalnya. Ikhwan itu heran, dahinya kelihatan berkerut-kerut. Ada apa sama nih akhwat? Mungkin itu maknanya.

“Mau lihat dong! Bentaaaaarrrr” rajuk Saifah, sama sekali tak seperti seorang sarjana. Huh! Memalukan! Pasti dikira sinting oleh ikhwan ini.

Ikhwan itu manut, ia menunjukkan sandalnya—yang juga butut—pada Saifah. Saifah memandanginya penuh penghayatan, matanya berkaca-kaca. Aku penasaran, dan melihat dengan mata kepalaku sendiri, Ya Rabbana.... tertera jelas nama Saifah dan nomor
HP-nya.

“Mbak? Mbak?” ikhwan itu menegur Saifah yang telanjur memeluk sandal ikhwan itu. Dipandanginya kakinya yang memakai sandal jepit hijau Revoltio. Airmatanya menetes.
Ow....Saifah telah menemukan pangerannya!

Saifah cepat-cepat mengembalikan sandal yang tadi dipeluknya. Ia memandang ikhwan itu sebentar, mungkin ingin berkata: tidakkah kau ingat, tiga tahun lalu kita bertemu? Tetapi lelaki itu malah merogoh uang dari saku jaketnya lalu bertransaksi denganku. Kuberikan piscok yang dipesannya.

“Saya tinggal di Kebon Jahe, Mbak. Baru sebulan kerja di sini. Pamit...” ujarnya padaku seraya mengangguk takzim sebelum pergi. Ramah sekali ikhwan ini. Saifah masih terpana memandangi kaki ikhwan itu, berganti-ganti memandangi kakinya sendiri. Lalu senyumnya padaku, yang kuartikan: ha! Apa kubilang! Sandal jepit ini akan mempertemukan aku dengan pangeran berkacamata itu! Revoltio...
Aku geleng-geleng kepala. Saifah...Saifah....
Dia, seperti biasa...
“Heuheuheu.....”
***

My SweeT homE, 20 Januari 2009
“kesamaan nama memang disengaja, heuheuheu...tapi ini fiktif belaka.”

Unreasonable Fear


oleh : Felix Siauw

Saya sering sekali mendapatkan fenomena baru yang sangat menarik untuk dikaji, salah satunya adalah apa yang akan saya tulis ini, saya memberi nama fenomena baru ini sebagai fenomena “unreasonable fear”, ketakutan yang nggak beralasan.


“Gimana nanti kalau saya udah nikah lalu saya nggak bisa membiayai keluarga saya?”

“Kalau syari’at Islam ditegakkan, nanti ada potong tangan, rajam dan pluralitas nggak terjaga, non-muslim akan dimarjinalisasi!”

“Bayangkan kalau tidak ada partai Islam di pemerintahan, dan tidak ada demokrasi, maka gerakan Islam akan diberangus habis, karena itulah kalian harus berterimakasih pada kami dan pada demokrasi!”

Nah, pernyataan-pernyataan seperti inilah yang saya kelompokkan sebagai unreasonable fear. Terkadang kita selalu menakutkan sesuatu yang belum jelas atau belum pasti, sedangkan bahaya di depan mata yang sudah kita alami tidak kita rasakan. Kita mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu sedangkan menafikkan sesuatu yang sudah tentu. Mari kita mulai kajiannya:

1. “Gimana nanti kalau saya udah nikah lalu saya nggak bisa membiayai keluarga saya dengan layak (miskin)?”

Ini adalah contoh sebuah pernyataan yang belum jelas, karena ciri-ciri pernyataan yang belum jelas mengandung kata-kata seperti: bagaimana nanti… seandainya… bila… andai saja… kalaulah… dan yang semacam dengannya. Berarti ketika seseorang berbicara seperti ini, dia menunjuk pada masa depan (yang tentu saja belum jelas). Unreasonable fear adalah menakutkan sesuatu yang belum jelas tetapi malah menafikkan yang sudah jelas. Ok, kalau ada seseorang yang menyatakan seperti diatas, maka itu adalah kemungkinan masa depan yang belum jelas, tetapi ada fakta yang sudah jelas yaitu: dia belum nikah dan dia belum bisa hidup dengn layak (miskin)!

Banyak orang yang belum menikah beralasan belum cukup materi-lah, belum siap-lah, belum mantap-lah, belum kaya-lah. Itu semua saya katakan unreasonable fear. Pertanyaannya adalah: apakah tidak menikah berkorelasi dengan harta? jawabannya tidak ada korelasinya. Artinya dia mengkhawatirkan seandainya dia menikah maka dia akan menanggung resiko begini dan begitu (hal-hal negatif), tetapi tidak pernah memikirkan resiko yang dia tanggung ketika dia tidak menikah (hal-hal negatif).

2. “Kalau syari’at Islam ditegakkan, nanti ada potong tangan, rajam dan pluralitas nggak terjaga, non-muslim akan dimarjinalisasi!”

Sama seperti pernyataan ini yang menakutkan sesuatu yang belum pasti dan semua pernyataan ini didasarkan pada asumsi bukan fakta. Yang ditakutkan, yaitu kengerian yang ditimbulkan penerapan syari’at Islam adalah belum pasti, malah fakta yang sudah terjadi tidak ditakutkan. Fakta membuktikan justru ketika dalam situasi tidak diterapkannya syari’at Islam, kriminalitas dan kekacauan dimana-mana dan jumlahnya sangat besar.

Data dari kepolisian misalnya, menyatakan selama Tahun 2006 terjadi tindak pidana aborsi sekitar 3,3 juta kasus dan perkosaan meningkat 200%. Data di LPA (Lembaga Pemasyarakatan Anak) Tangerang menunjukkan bahwa kejahatan seksual menempati urutan kedua setelah narkoba.

Di Jakarta, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Wahyono mengatakan, kejahatan di DKI Jakarta terjadi setiap 9 menit 21 detik. Hal ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya, 9 menit 33 detik. Jenis-jenis kejahatan yang dilakukan, antara lain, pemerkosaan, pemerasan dan pengancaman, pembunuhan, perjudian, pencurian kendaraan bermotor dan lainnya.

Indonesia juga merupakan negara teratas dibidang cybercrime (UNESCO, 2007). Di dunia internasional juga tersedia fakta yang tidak berbeda, American Demographic Magazine menyampaikan tersedia tidak kurang dari 4,2 juta website porno yang 100 ribu di antaranya pornografi anak dan 89% di antaranya berisi kekerasan seksual remaja melalui chat room.

Pada tahun 2006 lalu Kompas sempat mengeluarkan hasil survei yang sangat mengejutkan, yaitu 54% remaja Kota Kembang pernah berhubungan seks, persentasenya paling tinggi dibandingkan kota-kota besar lain, seperti Jakarta (51%), Medan (52%) dan Surabaya (47%).

Komnas Perlindungan Anak (2008) mennyampaikan hasil survei mereka kepada anak SMP, hasilnya 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno 93,7 persen mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat, dan yang lebih parah lagi 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi

Secara keseluruhan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar Nataprawira menyebutkan, jika sebelumnya kasus konvensional seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan pencurian kasus dari 153.392 kasus, kini menjadi 155.413 kasus di tahun 2008. Artinya ada 425 kasus setiap harinya, dan ini yang dilaporkan, yang tidak dilaporkan tentunya seperti fenomena gunung es.

Di dunia internasional justru lebih parah, sebagai contoh, dalam tulisannya The Most Dangerous Place on Earth, Dr Shahid Qureshi mempublikasikan bahwa di Amerika terjadi pembunuhan terjadi setiap 22 menit, perkosaan terjadi setiap 5 menit, perampokan terjadi setiap 49 detik, pencurian terjadi setiap 10 detik, dan menghabiskan US$674.000.000.000 setiap tahunnya untuk menangani kriminalitas di negaranya.

Aneh bukan, ada seseorang yang menakutkan penerapan syari’at Islam, tetapi tidak menakutkan kejadian-kejadian yang sudah ada di depan matanya dan dilihat dengan mata dan kepalanya sendiri setiap hari.

3. “Bayangkan kalau tidak ada partai Islam di pemerintahan, dan tidak ada demokrasi, maka gerakan Islam akan diberangus habis, karena itulah kalian harus berterimakasih pada kami dan pada demokrasi!”

Contoh bahasan kita yang terakhir adalah pernyataan ini, seringkali beberapa pengemban dakwah yang saya temui menggunakan kata-kata seperti ini sebagai pembenaran atas tindakan mereka yang plin-plan dan tidak jelas. Ini juga termasuk unreasonable fear. Mereka menakutkan sesuatu yang belum tentu adanya, menakutkan sesuatu yang belum pasti terjadi dan membuang jauh-jauh fakta bahwa saat ini justru telah terjadi sesuatu yang jelas-jelas menakutkan dan mengkhawatirkan. Fakta membuktikan bahwa justru dalam demokrasi, Islam dihinakan dan ummat muslim menghadapi berbagai masalah yang sangat pelik serta dalam sistem seperti inilah harakah Islam tidak memiliki izzah.

Ingat, ketika terpilih untuk kedua kalinya menjadi presiden AS di tahun 2003, Bush menyampaikan pandangannya tentang demokrasi “Jika kita mau melindungi negara kita dalam jangka panjang, hal terbaik yang dilakukan adalah menyebarkan kebebasan dan demokrasi”. Dan atas alasan ”menyebarkan kebebasan dan demokrasi” itulah Irak diserang.

Atas nama demokrasi, AS yang memiliki 10.000 hulu ledak nuklir mendikte negara-negara muslim khususnya untuk tidak mengayakan nuklir dengan NPT (Nuclear Proliferation Treaty), dan membiarkan Israel dan negara-negara yang diinginkannya untuk mengembangkannya.

Dengan restu demokrasi pula pada tahun berkali-kali BBM dinaikkan walaupun ummat tidak menyetujuinya dan hanya perlu persetujuan MPR dan DPR yang notabene katanya wakil dan suara dari rakyat. Sementara kenaikan BBM hanya menghemat 65 triliun rupiah, pemerintah menghabiskan sekitar 300 triliun untuk pemilu 2009 dan membagikan 700 triliun untuk koruptor kasus BLBI

Dalam demokrasilah justru kecenderungan ummat terhadap partai Islam menurun, Pengamat politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit menilai, jika kita membandingkan Pemilu 1955 dengan Pemilu 1999 terlihat bahwa pemilih partai sekuler meningkat sebanyak 35,6 persen, sedangkan pemilih partai Islam menurun 7,51 persen. Sementara anggota legislatif (DPR) partai-partai sekuler bertambah sebanyak 32,64 persen, sementara anggota legislatif partai-partai Islam menurun sebanyak 9,95 persen. Artinya, ada pembunuhan karakter sistematis yang dilakukan demokrasi terhadap partai Islam dengan membuat partai Islam menjadi partai Islam-sekuler sehingga ditinggalkan oleh basis pemilihnya.

Dan atas peran serta demokrasi, syari’at Islam belum diterapkan sampai sekarang, politik belah bambu antar harakah Islam, penurunan pamor dan elegansi gerak partai Islam, semuanya itu di-amini oleh demokrasi. Saiful Mujani, direktur LSI mengomentari survei yang menunjukkan turunnya kecenderungan masyarakat terhadap partai Islam ”hal ini terjadi karena orientasi nilai politik sekuler di kalangan muslim indo kian menguat. Aktivis islam gagal menerjemahkan nilai politik islam dalam bentuk gerakan dan kekuatan elektoral” (Kompas, 2009)

Dengan tipu daya demokrasi, kemenangan FIS di Aljazair dianulir setelah pada putaran pertama pemilu mereka berhasil mengantongi 80% suara, lalu esoknya muncul pernyataan dari harian Inggris “The Independent”: “Kadang-kadang diperlukan tindakan yang tidak demokratis untuk melindungi demokrasi” . Sama seperti kudeta militer di Turki setelah partai Refah memenangkan pemilu pada tahun 2007. Dan juga politik AS di palestina dengan menarik HAMAS masuk ke dalam parlemen lalu menekan, memenjarakan dan membuang mereka di Gaza. Apakah kita sudah lupa?

Karena demokrasilah, kita diminta mengakui kepentingan-kepentingan asing, mentoleransi kepentingan-kepentingan ummat lain yang berusaha menyesatkan dan memurtadkan umat muslim dengan segala cara mereka, menerima keberadaan ahmadiyah dan segala kesesatannya, membayar hutang-hutang konglomerat dengan pajak yang dipaksakan dan dzalim.

Jadi sebenarnya, pemberangusan kepada partai-partai Islam dan harakah Islam itu telah dilakukan, dan harus dipahami, bahwa pemberangusan ini tidaklah mesti dilakukan secara fisik (anarkis), justru pemberangusan yang dilakukan secara sistematis dan tanpa disadari oleh harakah Islam inilah yang lebih berbahaya. Tetapi fakta yang telah terjadi ini tidak dilihat, malahan sesuatu yang belum jelas dijadikan dalil untuk berbuat.

Yang paling penting. bagi seorang muslim, unreasonable fear ini akhirnya membawa suatu konsekuensi, yaitu bahwa dia lebih percaya dan yakin pada fakta di depan matanya (pragmatis) daripada fakta yang akan dijanjikan oleh Allah SWT (visioner), lebih jauh lagi, dia lebih takut kepada manusia ataupun sesuatu apapun yang bukan Allah dibandingkan rasa takutnya kepada Allah. Dan karena rasa takutnya yang lebih besar kepada manusia ataupun keadaan yang dibisikkan oleh setan, akhirnya dia meninggalkan ketaatan dan mencari dalil untuk membenarkan perbuatannya.

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman (TQS ali-Imraan [3]: 175)

Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (TQS al-Maaidah [5]: 44)

Allah-lah dzat yang Mahabaik dan Mahatahu, tiada yang berjalan, terbang, merangkak, ataupun melata diatas bumi ini yang lebih tahu daripada Dia. Dialah yang menentukan apa yang kita bisa dan apa yang kita tidak bisa. Dialah sesungguhnya yang benar-benar harus kita takuti.

Kesimpulannya?

1. Maka menikahlah karena Allah telah menjamin untuk mencukupkan rizqi-Nya dan menolong dengan pertolongan-Nya pada orang yang menikah karena-Nya

Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui (TQS an-Nur [24]: 32)

“Ada 3 golongan manusia yang berhak ditolong oleh Allah, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)

2. Maka terapkanlah syari’at Islam karena dengan itu Allah akan menurunkan berkah-berkah dari langit dan bumi dan ummat Islam tidak akan pernah tersesat

maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (TQS al-Maaidah [5]: 48)

Aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Sesuatu tersebut ialah sesuatu yang jelas yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (Sirah Ibnu Hisyam II, Hal 588)

3. Maka konsistenlah dengan perjuangan Islam sekalipun perjuangan ini meminta nyawa kita. Bukankah dakwah Rasulullah saw. dan para shahabat menuntut pengorbanan harta dan nyawa? aakah kita merasa lebih istimewa dibandingkan dengan Rasulullah dan shahabatnya sehingga kita tidak perlu merasakan makian, kengerian dan goncangan yang mereka rasakan? Bukankah jihad adalah jalan kita, mati syahid adalah harapan yang selalu kita berdo’a untuk itu sebelum tidur? Apa yang membuat kita takut kepada himpitan dan celaan dalam dakwah? takut terahadap pemberangusan? apakah jalan dakwah ini telah jalan orang-orang yang mencintai dunia? Allahummahfidzna min kulli dzalik..

karena saya akan datang kepada kalian dengan orang-orang yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan (Surat Khalid bin Walid kepada Hormuz-Gubernur Persia)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (TQS al-Baqarah [2]: 214)

Saya harap apa yang saya contohkan dengn 3 kasus diatas dapat diterapkan pada kasus-kasus yang serupa sehingga kaum muslim bisa terbebasdari fenomena semacam ini. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

sumber: http://biotis.co.id/felix/2009/07/14/unreasonable-fear/

Take Me Out

Sobat, ngobrolin acara tivi emang ga ada abisnya.. Mulai dari acara yang bermanfaat, seperti berita, dokumenter, de el el, sampe acara hiburan yang istilah ndeso-nya infotainment (gubraks..) sarat dengan gaya hidup yang gak syar’i. Gak percaya? Baru-baru ini nih, ada sebuah acara hiburan yang disuguhkan oleh stasiun tivi swasta negeri ini. Apa itu? Yup, kalo kamu ngejawab Take me Out, nilai A deh buat kamu...

Emang sih, kalo dilihat sepintas dan sekilas, apalagi kalau dilihat dari kedalaman seratus meter dibawah permukaan tanah (Lebay ah, itu mau lihat tivi atau mau cari minyak bumi sih..) Maksudnya, kalau acara ini Cuma dilihat sekilas tanpa pemahaman dan pandangan yang bener, (serieus mode: on), maka pada akhirnya, gak salah dong kalo ada yang bertanya, "Emang apa salahnya sih? Itu kan baik, bantu orang cari jodoh.." Nah, loh.

Tuh kan, mungkin itu pertanyaan yang bakal terlontar. Terus? Ya, belok kiri trus belok kanan. Ada pertigaan, disitu tanya sama orang, apa jawabannya. Nah, kalau kalian ngebet mau tahu jawabannya gimana. Jangan berhenti bacanya, lanjutin terus sampe abis. Sip deh.

Take Me Out, Apaan tuh?

Sobat, tahu gak? Acara yang ditayangkan tiap hari sabtu ini, sejatinya bukan murni karya anak negeri ini loh, melainkan, impor alias nyontek dari Amrik, itu tu negerinya Pak Lik (boso jowo: paman) Sam alias Amerika, dan udah ditayangkan juga di tiga negara Eropa (Spanyol, Belanda, Denmark) dan menyusul Inggris. Kalo di Indonesia, acara ini merupakan penayangan pertama kalinya di Asia (eits, jangan bangga dulu loh...). [info ini dapet dari www.takemeoutindonesia.com]

Acara ini bertujuan mencarikan pasangan. Caranya gimana? dengan menghadirkan beberapa wanita yang berdiri di belakang meja pake tanda lampu. Trus, dihadirkan juga seorang pria yang selanjutnya buat para wanita yang tertarik supaya membiarkan lampunya tetap menyala. Bagi para wanita yang gak tertarik, diperkenankan mematikan lampunya (hemmmm... terusin deh).

Selanjutnya, pembawa acara akan memperlihatkan profil tentang diri si pria. Bagi wanita yang lampunya masih menyala, diperkenankan mematikan lampunya jika gak tertarik setelah melihat profil yang disuguhkan. Tapi, buat yang tertarik bisa mbiarin lampunya teteup menyala. Namun jika terdapat lebih dari tiga lampu yang menyala, si pria harus mematikan lampu dari para wanita. Hingga tersisa tiga lampu yang dibiarin tetep menyala. Nah, kalo udah tinggal tiga lampu yang masih nyala, kemudian si pria bakal mengajukan satu pertanyaan untuk ketiga wanita. Bagi yang jawabanya dirasa kurang cocok menurut si pria, boleh dimatikan lampunya. Begitu selanjutnya, hingga tinggal satu wanita yang lampunya dibiarkan tetap menyala.

Cuman, kadang-kadang nih, semua wanita matiin lampunya sehingga ngga ada yang menyala. Kalo udah kayak gene, itu artinya para wanita gak tertarik ama pria tersebut (keciaaan deh..).

Bagi yang udah dapet pasangan, akan disediakan tempat duduk di ruangan tersendiri. Disana mereka dibiarkan ngobrol ngalor ngidul untuk lebih mengenal satu sama lain. Trus diluar acara itupun, mereka bakal dipantau terus perkembangan hubungan mereka (pake detektif kalee). Tuh kan, kalau dilihat sekilas memang gak ada yang salah dari acara ini. Tapi kalau kita jeli dan cermat, kita bakal menemukan hal-hal yang gak sesuai dengan Islam.

Gak percaya? Baca lanjutannya !

Sobat, dalam pandangan Islam, mencari istri atau suami ngga lain adalah untuk membina sebuah rumah tangga atau keluarga yang sakinah mawadah wa rohmah dan bernilai ibadah di hadapan Allah swt. Tentunya ada rambu-rambu yang sudah ditentukan, trus dalam pelaksanaannya, cara dan tujuannya harus bener, karena kalo salah satunya salah, maka gak akan dinilai sebuah ibadah oleh Allah swt. Rosulullah saw. bersabda:
” Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat.”

Dan Rosulullah saw. juga bersabda:
”Barangsiapa melakukan amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalanya tertolak.”

Nah, kalau udah ga diterima, bukannya pahala, bisa-bisa malah dosa yang kita dapetin. Terlepas dari tujuan acara itu sebenernya, kita bisa simpulkan sendiri, acara itu tujuannya bener atau nggak. Kalo di sini nih, (dimana hayo?.. ya di buletin kesayangan kamu ini loh..), kita coba bahas dari sisi cara yang dipake buat cari pasangan. Gimana tuh caranya? Baca terus deh ampe kelar.

Sobat, kalo kita ikuti acara itu ampe tuntas, mungkin kita bisa ngambil kesimpulan, bahwa untuk mengenal pasangan yang bakal menjadi istri atau suami kita adalah dengan cara pacaran. Karena acara ini mendesain para peserta yang nantinya mendapat jodoh, akan menjalani masa penjajakan dengan cara pacaran. Padahal dalam Islam pacaran itu haram atau dilarang loh, Mau tahu kenapa?

Kalo kita perhatikan lebih dalaaaaam lagi.. ampe ke dasar (emang sumur?..) ketika peserta udah menemukan pasangannya, sang pembawa acara akan memancing mereka (bukan mancing ikan loh) untuk saling mengungkapkan rasa cinta kepada pasangannya, bisa dengan berpelukan atau berciuman ( :-* iiihh......). Padahal di antara mereka belum ijab qabul alias menikah. Jadi intinya masih belum halal tuh. Berkaitan dengan hal ini Rosulullah saw. pernah bersabda:

”Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”
(HR.ath-Thabrani)

Nah, sudah tahu kan salahnya dimana? Kalau tetep belum tahu, coba deh baca lagi. Trus gimana Islam mengatur kita dalam mencari istri atau suami? Nah...


Begini sobat, karena dalam Islam gak ada istilahnya pacaran, maka dalam Islam ada istilah yang namanya ta’aruf dan khitbah. Ta’aruf dan khitbah ini sama sekali gak sama dengan pacaran. Singkatnya nih, ta’aruf itu perkenalan, jadi kita hanya sekedar tahu nama dan orangnya. Terus kalau kita tertarik atau merasa cocok, bisa deh dilanjutin dengan meng-khitbah atau meminang. Dengan syarat, si wanita ngga sedang dikhitbah oleh laki-laki lain. Rosulullah saw. bersabda:

”Seorang laki-laiki tidak boleh meminang perempuan yang telah dipinang oleh saudaranya (laki-laki muslim yang lain).”
(HR.Ibnu Majah)

Tapi yang perlu diketahui, tetep ngga dibenarkan ada aktifitas seperti layaknya pacaran dalam masa khitbah. Jangan dikira karena sudah dipinang atau di-khitbah, lalu sudah setengah halal atau sudah jadi setengah hak milik. Tetep aja, kalau belum ijab qabul ya masih belum halal wa toyyiban.

Nah, kalau kita kemudian merasa cocok, bisa dilanjutin ke tahap yang selanjutnya, yaitu menikah. Tapi kalo dalam masa khitbah kita merasa gak cocok, maka salah satu pihak bisa membatalkan atau dengan kata lain, tidak dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Trus yang per diinget, ketika dalam masa khitbah ini, kita gak perlu jadi kayak selebritis atau artis yang disorot media infotainment di mana-mana, atau gembar-gembor sampe seluruh dunia tahu bahwa kita sudah punya calon istri ato suami. Karena belum tentu juga kita bakal menikah ama doi, namanya juga calon, ya belum pasti lah.

Selain tata caranya, Allah swt. juga memberikan panduan bagi kita dalam memilih pasangan (suami atau istri). Allah swt. berfirman:
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).”
(TQS.an-Nuur[24]: 26)

Sampai sini, ada pertanyaan? (ga ada Paaak... hehe)

Kalo ngga ada, itu artinya sudah paham. Dan tentunya harus diamalkan nantinya. Jangan cuma berakhir jadi informasi aja, tapi juga harus jadi pemahaman. Tapi kalo masih ada pertanyaan, sering-sering deh ikutin kajian (yok.. yok.. ngaji yok..). Selain menambah pahala juga bisa menambah tsaqofah (pengetahuan) ke-Islaman kita.

Sedangkan buat pemerintah, gak boleh tinggal diam menyaksikan generasi penerus bangsa dan agama ini diserang pemikiran yang gak syar’i. Pemerintah harus lebih selektif dalam memberikan hak siar. Karena, siaran-siaran yang ngga bermutu dan bertentangan dengan Islam pada akhirnya hanya akan jadi boomerang bagi generasi negeri ini. Tentunya standar layak atau tidaknya siaran adalah dengan menggunakan standar Islam, bukan yang lain. Karena nggak ada yang lebih baik dari hukum Allah swt. Berkaitan dengan hal ini Allah swt. berfirman:
"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
(TQS. Al-Maidah [5]: 50)

”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(TQS.an-Nisaa’ [4]: 65)

Ok sobat, Kalo kamu udah paham, coba deh sekali-sekali kamu ingetin temen-temen kamu yang lagi pacaran, kalo yang mereka lakuin itu ngga sesuai dengan Islam. Dan yang pasti, bakal menjerumuskan mereka ke lembah dosa... (hiii.. ngeri..). Inget sobat, mumpung nafas masih ada, kesempatan masih ada, jangan putus asa kalo kamu udah ngingetin temen-temen kamu, masih aja ndableg (bandel) atau kamu malah dijauhin.. Tenang aja, jangan kuatir, kalopun mereka masih belom nyadar juga, insyaAllah usaha kamu ini bernilai di hadapan Allah swt. Ayo semangattt... ! [yz/hh]

Buletin Islamuda
Edisi: 107
 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.