Blogger Themes

News Update :

Rontoknya Kapitalisme, Kini Khilafah tinggal Selangkah!

Jumat, 17 Oktober 2008

HTI-Press. Krisis keuangan global yang terjadi hingga detik ini belum menunjukkan tanda-tanda reda. Krisis yang dipicu oleh kredit macet di bidang properti (subprime mortgage) di AS itu kini menjalar ke mana-mana. Di negeri asalnya, rangkaian krisis tersebut sudah berlangsung sejak 147.708 nasabah KPR gagal bayar pada April 2007. Meningkat menjadi 239.851 nasabah pada Agustus tahun yang sama, dan naik lagi pada Agustus tahun berikutnya menjadi 303.879 nasabah. Korban pertama dari kredit macet tersebut adalah dua hedge fund (pengelola dana investasi) yang dikelola oleh Bear Stearns. Perusahaan tersebut ambruk pada Juli 2007. Disusul kemudian dengan ambruknya Morgan Stanley pada November 2007, dan meruginya bank-bank global senilai 55 miliar dolar AS. Sekalipun perusahaan milik Uni Emirat Arab telah menyuntikkan 9,5 miliar dolar AS ke Citigroup, namun tetap tidak mampu menyelamatkan keadaan. Tidak hanya itu, Cina pun menyuntikkan 5 miliar dolar AS ke Morgan Stanley, termasuk Temasek Holding Singapura juga melakukan hal yang sama ke Merrill Lynch. Bahkan hutang-hutang bermasalah itu sudah dihapus oleh bank-bank global (seperti Citigroup, UBS dan HSBC), yang nilainya mencapai 300 miliar dolar AS, pada Januari-Februari 2008.

Semua itu rupanya belum membuahkan hasil, hingga kaum Kapitalis yang mempunyai keyakinan negara tidak boleh intervensi pun terpaksa mengingkari keyakinannya sendiri. Adalah Inggris yang pertama kali menasionalisasi bank swasta, Northern Rock, 17 Februari 2008. Diikuti oleh Amerika dengan menasionalisasi perusahaan pembiayaan sektor properti, Fannie Mae dan Freddie Mac, 13 Juli 2008. Namun, rupanya pemerintah AS tidak mampu mengakuisisi semua perusahaan bermasalah. 15 September 2008, Lehman Broters Holdings Inc terpaksa dibiarkan ambruk. Setelah itu, 3 Oktober 2008 yang lalu, DPR AS menyetujui paket penyelamatan yang diajukan oleh Menkeu AS, Henry Paulson, dengan mengeluarkan dana talangan 700 miliar dolar AS.

Krisis kali ini memang luar biasa. Krisis yang terjadi di AS itu menimbulkan efek domino bagi perekonomian dunia. Negara-negara Eropa pun terkena getahnya, karena itu empat negara besar Perancis, Jerman, Inggris dan Italia pun mengadakan pertemuan darurat guna mengkaji sistem moneter mereka. Bahkan, 10 Oktober 2008, Rusia mengajukan proposal aliansi Eropa-Rusia anti AS. Efek domino itu kini secara kasat mata menerjang perekonomian Indonesia. Ini terlihat dari anjloknya bursa saham dan pasar uang Indonesia, yang mengakibatkan penutupan BEI (Bursa Efek Indonesia) sejak Rabu, 8 Oktober lalu, setelah terjadi penurunan indeks yang besar, yaitu 10,30 persen. Selain itu, krisis tersebut juga menyebabkan turunnya ekspor dan berkurangnya arus modal masuk, yang menyebabkan kurs rupiah melemah. Inilah yang terjadi pada hari Jum’at, 10 Oktober, di mana rupiah melemah, dan diperdagangkan pada Rp. 10.300 per dolar AS. Dengan melemahnya rupiah, berarti cadangan devisa Indonesia akan menguap, karena menggunakan dolar AS. Jika rupiah melemah Rp. 9.500 per dolar saja, sekitar Rp 500 triliun aset Indonesia telah menguap begitu saja, lalu berapa aset kita yang menguap dengan kurs rupiah saat ini?

Namun sayang, krisis yang terjadi ini tetap tidak mampu membuka mata hati dan pikiran para penguasa negeri ini. Meski Presiden menyatakan, bahwa kita harus menghadapi krisis ini dengan tenang dan rasional, namun langkah-langkah yang dilakukan pemerintah justru menunjukkan kepanikan dan tidak rasional. Bagaimana tidak, sehari setelah mengumumkan BEI akan dibuka (9/10), ternyata dengan alasan beredar rumor tidak sehat, besoknya (10/10) keputusan itupun dibatalkan. Belum lagi kebijakan buyback saham BUMN, yang ternyata lebih menguntungkan asing. Karena 600.000 pemain saham di bursa saham, 60 persennya adalah pemain asing. Dengan kata lain, jika uang BUMN itu digunakan untuk bailout, maka yang diuntungkan jelas bukan Indonesia, melainkan pihak asing. Lalu di mana rasionalnya?

Meski dalam berbagai kesempatan Presiden dengan jajarannya selalu mengatakan, bahwa krisis keuangan ini tidak identik dengan krisis ekonomi, namun fakta krisis tahun 1997-1998 juga membuktikan hal yang sama, dan disebabkan oleh faktor yang sama: bursa saham, bank konvensional, mata uang dan perseroan terbatas (PT). Bursa saham ada dan berkembang karena adanya PT yang menjual saham, obligasi dan surat berharga lainnya di pasar modal. Di pasar inilah bisnis non-riil dan segala bentuk spekulasi dan penipuan terjadi. Sementara bank konvensional, dengan sistem bunga ribawinya memang merupakan bisnis yang sangat menggiurkan, meski faktor spekulasi dan resikonya juga sangat tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada mata uang, ketika cadangan yang digunakannya bukan emas dan perak, melainkan mata uang negara lain. Inilah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi kurs tukar mata uang, yang juga bisa berdampak pada menguapnya cadangan devisa negara. Kondisi ini diperparah dengan privatisasi kekayaan milik umum dan negara, yang menyebabkan hilangnya kekayaan yang seharusnya bisa menopang perekonomian rakyat dan negara.

Hizbut Tahrir sendiri telah mengingatkan berkali-kali, dan menyerukan para penguasa untuk berpikir rasional. Dengan cara meninggalkan Kapitalisme dan kembali kepada syariat Islam. Tahun 1997, Hizbut Tahrir telah mengeluarkan booklet, Hazzat al-Aswaq al-Maliyah: Asbabuha wa Hukm as-Syar’i fi Hadzihi al-Asbab (Goncangan Pasar Modal: Sebab dan Hukum Syara’ terkait dengan Sebab ini), yang diterjemahkan dan diterbitkan di seluruh dunia. Bukan hanya itu, Hizbut Tahrir pun secara terbuka melakukan perdebatan intelektual dengan otoritas IMF tentang krisis, penyebab dan solusinya. Setelah sepuluh tahun berlalu, krisis yang sama terulang kembali. Hizbut Tahrir pun tidak lupa mengingatkan kembali kaum Muslim, khususnya para penguasa mereka, tentang hal yang sama. Namun, sayangnya mereka tidak pernah mau berpikir out of the box, keluar dari pakem Kapitalisme dan menggunakan Islam? Bahkan delegasi DPP HTI juga pernah menawarkan kajian sistem ekonomi Islam di kantor Menko Ekuin, ketika masih dijabat Aburizal Bakri, namun tawaran itu pun tak penah mendapatkan sambutan.

Momentum ini seharusnya menyadarkan kita, bahwa hanya Islam-lah satu-satunya ideologi yang bisa menyelamatkan dunia. Inilah saatnya Islam memimpin dunia, dan kepemimpinan itu pun akan hadir kembali dengan berdirinya Khilafah. Kini, umat pun semakin yakin, bahwa tidak ada harapan lagi, kecuali kepada Islam, setelah runtuhnya Sosialisme-Komunisme, dan rontoknya ekonomi Kapitalisme. Maka, the chalipate dream bukan hanya mimpi umat Islam, apalagi Hizbut Tahrir, tetapi telah menjadi mimpi dunia. Mimpi itu pun tinggal selangkah. Semoga. (KH. Hafidz Abdurrahman)

Share this Article on :

1 komentar:

Fahri mengatakan...

Assalamu'alaikum brother in Islam

Kapitalisme dan sosialis-komunis..keduanya telah terbukti gagal membangun dunia....
perekonomian yang dibangun keduanya hanyalah perekonomian semu....hanya di atas kertas....
dan walaupun seolah-olah berbeda/bertentangan, keduanya terlahir dari akar yang sama, yaitu materialisme....

selama ini sektor moneter bisa berjalan sendiri bahkan terbang tanpa disertai transaksi sesungguhnya di sektor riil,
transaksi di sektor moneter menggelembung hingga 700x lipat dari nilai transaksi sebenarnya di sektor riil…

Akibatnya, setidaknya di abad 20 ini telah terjadi krisis ekonomi sejak 1907, 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, 1998-2001, 2008. Jika di rata-rata, berarti kira-kira setiap 5-10 tahun terjadi krisis...
http://shariaxplorer.blogspot.com/2008/11/mengungkap-fakta-wall-street-vs-main.html

bahkan di krisis tahun 2008 ini baik kapitalis yang dilambangkan Amerika maupun Komunis yang dilambangkan Rusia sama-sama keteteran...di Rusia bahkan bursa saham sempat ditutup berkali-kali gak ada bedanya dengan di Indonesia..pemerintah dari keduanya juga mengeluarkan bailout/talangan ratusan juta dolar untuk menyelamatkan perekonomiannya....

jadi bukanlah kapitalis-komunis yang menjadi persoalan, tapi karena keduanya selama ini membangun sistem perekonomian dunia bukan atas dasar sektor riil (non-real based economy)..terjadilah bubble economy....uang dan kertas/surat berharga telah menjadi komoditi, pembungaan uang, aksi spekulasi dan manipulatif marak dipraktekan di bursa, dll...
http://shariaxplorer.blogspot.com/2008/10/maisir-penyebab-ambruknya-bursa-saham.html

Dunia telah menjadi saksi di abad 20 ini, dengan sistem ekonomi yang berkuasa yaitu komunis (yang sudah runtuh) dan kapitalis (yang juga sedang runtuh), bahwa bukannya kemakmuran yang dibawa oleh sistem tersebut melainkan kehancuran yang diawali oleh kemakmuran ’semu’.

oleh karena itu, sungguh tidak layak bagi kita di Indonesia jika ingin survive, apabila kita tetap berkiblat pada keduanya......buat apa kita mencontoh kepada sistem yang bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri?

Dengan terjadinya krisis 2008 ini, sistem yang teruji lah yang akan survive..yaitu Islamic Finance...krisis ini pasti akan merubah wajah dunia...merubah peta perekonomian dunia...
http://shariaxplorer.blogspot.com/2008/10/wajah-baru-perekonomian-dunia.html

apakah indonesia mampu bangkit...selama kita bersungguh-sungguh, inilah saatnya untuk bangkit, jawabannya ada disini..
http://shariaxplorer.blogspot.com/2008/10/potensi-ekonomi-syariah.html

Juga untuk diingat, Islamic Finance adalah sebuah sistem yang universal, sehingga tidak ditujukan hanya untuk golongan tertentu saja.....yang oleh karena itu saat ini sedang booming di barat maupun di timur....

Apa buktinya Islamic Finance mampu memberikan kemakmuran?

Jauh saat eropa masih berbaju kasar karung goni kemiskinan dan keterpurukan di abad kegelapan (dark age), di belahan dunia lain, ada sistem pemerintahan yang yang menerapkan Islamic Finance,, dan berada dalam puncak kejayaan, masa keemasan, hingga saking makmurnya tidak ada lagi orang miskin yang menjadi penerima zakat/sedekah…

Jika ingin dunia selamat, kiblat baru perekonomian adalah Islamic Finance yang oleh para ahli ekonomi barat sekalipun (yang tidak terkait dengan sistem nilai yang dianutnya) telah dikaji dan terbukti unggul dengan diikutsertakannya etika, kejujuran (transparansi), dan fairness dalam perekonomian…sehingga tidak rentan terhadap krisis

Sebagai seorang praktisi Islamic Finance, saya menyerukan dan mengajak seluruh lapisan masyarakat, mari kita turut berpartisipasi dalam mengembangkan Islamic Finance, bergabunglah menjadi nasabah perbankan syariah, kunjungilah cabang-cabang bank syariah terdekat, dan bebaskanlah diri kita dari buruknya riba (pembungaan uang)...

potensi Islamic Finance di Indonesia adalah yang terbesar di dunia, di lima tahun terakhir pertumbuhan rata-rata perbankan syariah lebih besar dari 50% per tahun...
bank-bank asing berlomba membuka bisnis unit syariah, investor2 asing sedang mengintip pasar di Indonesia untuk berlomba membuka bank syariah....
namun kita masih saja tidur dan belum juga sadar bahwa kita adalah The Sleeping Giant of Islamic Finance in the world....

Salam,

Fahri
http://shariaxplorer.blogspot.com/

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.