Blogger Themes

News Update :

Mahendradatta Mendebat Pengemban Sekularisme Pembela Ahmadiyah

Minggu, 15 Juni 2008

Friday, 13 June 2008 09:48

Syabab.Com - Persoalan Ahmadiyah dan SKB bukanlah masalah kekerasan seperti yang sering dituding oleh kaum sekular AKKBB. Demokrasi pun kerapkali menimbulkan kekerasan dan konflik. Mahendradatta dari Tim Pembela Muslim (TPM) menegaskan bahwa SKB ini hanya masalah agama. Ia menyatakan bahwa persoalan ini merupakan persoalan adanya penistaan dan penodaan agama bukan kekerasan.


Demikian diungkapkan Mahendradatta dalam acara debat soal SKB Ahmadiyah di tvOne yang disiarkan pada hari Rabu malam (11/06) [baca: Audio Mahendradatta Mendebat Ketua Kontras - soon]. Dalam debat tersebut hadir dari wakil pembela Ahmadiyah, Ketua Kontras, Usman Hamid. Takbir pun berkali-kali menggema diteriakkan oleh para peserta wakil dari umat Islam.

Masalah Kekerasan?

Seringkali para pembela kebebasan yang nota bene membela sekularisme menuding umat Islam seringkali melakukan tindakan kekerasan. Bahkan sejak insiden Monas berbagai media tak luput dari tudingan terhadap umat Islam yang seolah-olah selalu melakukan kekerasan. Ujung-ujungnya mereka menuntut pembubaran ormas-ormas Islam seperti Front Pembela Islam. Lebih parah lagi, beberapa waktu lalu Adnan Buyung Nasution meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut dibubarkan saja.

"Jangan dibelokkan ini masalah kekerasan karena kalau masalah kekerasan maka SKB tersebut bisa juga harus mengatur Persija, Persib, penonton-penonton yang melakukan kekerasan. SKB ini hanya masalah agama. Di sini adalah penistaan dan penodaan agama jangan dibelokkan masalah kekerasan," tegas Mahendradatta.

"Ini dibelokkan juga bahwa ada kebebasan beragama dalam hal ini umat Islam yang diganggu selama 1400 tahun lebih. Mereka meyakini ada ajaran sebagaimana yang ditulis dalam Al-Quran dan Rasulullah sebagai Nabi terakhir. Tiba-tiba diganggu dengan penafsiran-penafsiran baru yang baru muncul di abad 18," tambahnya lagi.

Kekerasan Demokrasi

Demokrasi seringkali menimbulkan tindakan kekerasan dan konflik di tengah-tengah umat. Hanya sayang, para pembela kebebasan yang notabene mereka pengemban sekularisme jarang mengangkat kekerasan akibat demokrasi ini. Justru mereka selalu membebasarkan kekerasan yang terjadi oleh kelompok Islam, tanpa melihat alasan penyebabnya. Seperti sejak insiden Monas, tudingan kekerasan oleh kelompok umat Islam menjadi sorotan berbagai pihak. Sebagian media pun ikut membesar-besarkan tindak kekerasan ini. Ujung-ujungnya desakan pembubaran segelintir kelompok terhadap ormas-ormas Islam seperti Front Pembela Islam (FPI). Lebih parah lagi, Adnan Buyung Nasution meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga harus dibubarkan.

Mahendradatta menegaskan kepada semua pihak, bahwa tindakan kekerasan bukan hanya monopoli dari konflik ini. Kekerasan juga terjadi seperti yang dilakukan para penonton sepakbola bahkan juga dalam pilkada.

"Kalau jangan melakukan kekerasan, bukan monopoli dari konflik ini. Itu juga monopoli penonton sepakbola. Pilkada juga. Kalau bicara masalah kekerasan maka KPUD-KPUD itu bubarkan saja karena setiap pilkada selalu mengadakan kekerasan. Contoh Maluku Utara sampai sekarang belum beres. Berapa rumah yang terbakar. itu bukan gara-gara SKB, itu gara-gara SKB." tegas Mahendradatta.

Memang seringkali para pembela ideologi kapitalisme dengan asasnya sekularisme selalu menuding dan memiliki perhatian besar bila terjadi kekerasan oleh kelompok kaum Muslim. Seperti insiden Monas dan tuntutan pembubaran Ahmadiyah. Wajar mereka selalu bersikap demikian karena mereka mengikuti skenario dan strategi Rand Corporation dalam upaya pecah belah umat Islam. Tujuannya agar Islam dan para pejuang yang rindu ideologi Islam ditegakkan di muka bumi ini tenggelam.

Mahendradatta juga membantah Usman yang meminta umat Islam berdialog saja dengan Ahmadiyah.

"Kita bicara masalah hukum saja. Tidak ada tindak pidana dinegosiasikan atau didialogkan. Kalau penistaan agama itu sudah jelas melanggar 156A KUHP sama ama maling, rampok dan lain sebagainya. Bagaimana bayangkan apabila kita harus bernegosiasi atau berdialog dengan maling, rampok." kata Mahendradatta.

Ahmad Michdan yang juga ikut dalam acara debat tersebut menegaskan bahwa yang dilakukan Ahmadiyah itu adalah penodaan.

"Kebebasan beragama itu dalam Islam dinyatakan dengan tegas. Lakum dinukum walyadiin artinya semua orang boleh, budha boleh, kristen boleh. Tapi yang dilakukan Ahmadiyah adalah penodaan. Penodaan itu menyatakan bahwa siapa yang tidak percaya pada dia adalah babi dan macam-macam. Bahkan di dalam kitab tadzkirahnya itu enghina banyak agama. Apa anda sudah belajar itu? Pelajari dulu!" tegas Michdan.

Cari Simpati

Pihak pembela Ahmadiyah dan pegemban kebebasan yang mengemban akidah sekularisme menggiring perhatian pada persoalan minoritas dan mayoritas. Tegas saja, Mahendradatta menolaknya. Menurutnya para pembela Ahmadiyah melakukan hal tersebut untuk mencari simpati. Padahal penodaan yang dilakukan Ahmadiyah tersebut merupakan tindakan pidana.

"Jangan kita kemudian dibawa lagi kepada dikotomi antara minoritas dan mayoritas. Itu adalah membangkitkan katakanlah simpati bahwa ini orang kecil dan lain sebagainya, enggak kena dalam hal ini. Karena bagaimana pun juga minoritas bisa terjadi, katakanlah sekarang pelaku-pelaku tindak pidana itu minoritas. Orang gila juga minoritas nggak semua rakyat Indonesia, banyakkan yang waras. Jangan mengungkapkan sesuatu untuk mencari simpati. Ini orang kecil, kasihan kelompok kita, nggak kena jaman sekarang. Ini adalah suatu bentuk penistaan, orang menghina," tegasnya lagi.

Tarik Tadzkirah

Umat Islam marah ketika Nabi dan ajarannya dinodai oleh Ahmadiyah. Mahendradatta mendesak pembubaran Ahmadiyah.

"Kalau anda mengatakan jangan emosional. Bagaimana tidak emosional ibu saya diganti, saya marah. Ini Rasul saya diganti," ujarnya lagi.

Dalam pernyataan terakhir Mahendradatta menegaskan kembali bahwa SKB ini merupakan langkah maju tetapi menurutnya belum cukup. SKB ini harus diikuti dengan pembubaran Ahmadiyah serta penarikan semua ajaran-ajaran Ahmadiyah terutama Tadzkirah.

"Ini sangat berbahaya. Di dalam Tadzkirah ini yang mendustai Ahmadiyah adalah manusia kotor dan babi. Islam tidak pernah mengajarkan begitu. Islam selalu menghormati agama-agama lain. Dengan demikian ajaran-ajarannya semacam ini jelas harus dilarang karena mengajarkan suatu perpecahan, ini mengajarkan suatu konflik , apa jadinya. Sekarang kita konflik karena Ahmadiyah." tegasnya lagi. [z/m/syabab.com]

Share this Article on :

0 komentar:

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.