Blogger Themes

News Update :

Yang Kecewa dan yang Gembira dalam Pemberitaan FPI

Rabu, 11 Juni 2008



Khairul Anam PKNU : Kasus Monas jangan didramatisasi


Proses hukum terhadap FPI melahirkan diskusi di berbagai forum internet dan milis. Ada yang kecewa dan yang gembira. Ulil Abshar, tokoh JIL, tentu yang sangat gembira.

Berduka dan gembira. Itulah dua sisi mata-uang yang dilahirkan dari kasus bentrok FPI dan AKK-BB baru-baru ini. Proses hukum terhadap anggota FPI melahirkan silang pendapat di berbagai forum di internet.

Ada yang kecewa tapi tak sedikit pula yang gembira. Dalam sebuah forum di www.hidayatullah.com, diskusi masalah FPI vs AKKBB berlangsung seru. Seseorang bernama Musliha menyebut sikap FPI telah memperburuk citra Islam. Karena itu layak dibubarkan.

Tapi, usulan ini ditanggapi peserta forum lainnya. Seorang bernama Achyat mengatakan, jika FPI dibubarkan, maka yang beruntung justru orang-orang liberal. Tanggapan juga datang dari Umiyati, meminta menyerahkan pada proses hukum.

“Soal salah dan benar, silahkan hukum yang menilai bukan orang per orang, “ tanggap Umiyati. Ada pula yang khawatir jika FPI bertemu dengan Pemuda Pancasila.

Seseorang bernama Cecepsyamsul, lain lagi, dalam situs berita Islam, www.swaramuslim.com pria ini mengatakan, “Ketika Islam dihina, mereka diam, tapi kenapa begitu Pak Dur dihina mereka marah? Wah pada ke mana nih antum para santri-santri yang katanya intelek. Masa ga bisa bedain sih ? Parah.....parah!”

Kegembiraan Ulil
Diskusi seperti ini juga berlangsung di berbagai milis dan forum-forum diskusi di internet. Dalam sebuah milis milik ICRP, Ulil, dan kelompok AKK-BB nampak begitu gembira.

Dalam posting berjudul “Alhamdulillah”, tokoh utama Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalah mengaku senang bukan kepalang.

“Alhamdulillah. ..Akhirnya pihak kepolisian "menggrebek" markas FPI untuk menangkap mereka yang terlibat dalam vandalisme di Monas kemaren, “ tulisnya.

”Alhamdulillah. .. Semoga tindakan aparat keamanan ini memilik efek jera bagi kelompok milisia agama yang sekarang bertindak sewenang-wenang di banyak tempat, “ tambah Ulil.

Di milis Jaringan Islam liberal (JIL), Ulil juga menunjukkan tanggapannya, “Alhamdulillah tahap pertama. Masih banyak alhamdulillah lain yang akan segera menyusul, jika konteksnya sudah tepat ,” tulis Ulil.

Menanggapi kesenangan tokoh JIL yang kini sedang sekolah di Department of Near Eastern Languages and Civilizations, Harvard University itu, rekannya, Luthfi Assyaukanie menasehati untuk tidak berlebihan.

“Lil, penggerebekan itu cuma tahap awal. Perjuangan harus jalan terus. Preman-preman berjubah dan para simpatisannya masih terus bergentayangan, termasuk di milis ini. Jadi, tahanlah dulu alhamdulillah- mu,” tulis Luthfi. [cha/www.hidayatullah.com]

Kasus Monas Jangan Didramatisasi
imageKetua Umum Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), Khairul Anam, menyatakan kasus Monas sebaiknya tidak perlu didramatisasi apalagi diwacanakan bakal terjadi konflik horizontal.

"Sekarang kan sudah ditangani polisi, ya sudah. Kita berharap hukum ditegakkan, siapa yang melakukan kekerasan ditindak," kata Anam di Jakarta, Rabu.

Front Pembela Islam (FPI), kata Anam, sudah menyerahkan diri dan ia berharap pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab berlapang dada dan mau bertanggung jawab.

"Saya berharap FPI menjelaskan peristiwa itu apa adanya, mengapa mereka sampai melakukan penyerangan, apa benar ada provokasi seperti yang mereka sebutkan," katanya.

Terkait kasus Monas, kata Anam, semestinya tidak hanya melihat satu sisi. Aksi Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) juga perlu dikritisi.

"Kita tidak boleh melihat hanya satu sisi. AKKBB juga harus dikritisi. Semua orang tahu di Indonesia bebas beragama dan menjalankan keyakinan, tetapi mengapa mereka ramai-ramai ke Monas membawa-bawa anak kecil. Apa maksudnya?" kata Anam.

Jika AKKBB menilai Ahmadiyah tidak bebas menjalankan agama dan keyakinannya, kata Anam, itu salah besar karena kasus Ahmadiyah bukan persoalan kebebasan beragama, melainkan penistaan terhadap salah satu agama, yakni Islam.

"Kalau Ahmadiyah itu kasusnya penodaan agama. Mereka mengaku Islam tetapi tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabinya. Kalau maunya begitu ya jangan mengaku-ngaku sebagai Islam," katanya.

Satu hal lagi, kata Anam, kabarnya polisi sudah melarang AKKBB melakukan aksi pada Minggu (1/6) di Monas karena pada saat yang sama FPI juga sedang menggelar aksi sehingga dikhawatirkan akan terjadi bentrokan.

"Nyatanya AKKBB tetap melakukan demo di Monas," katanya.

Anam mengingatkan agar warga NU tidak provokasi terkait kasus Monas dan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan.

"Jangan terpancing. Ansor jangan mau diprovokasi karena kita nanti justru menjadi tontonan. Serahkan saja pada yang berwajib," kata penasihat Gerakan Pemuda Ansor Jatim tersebut.

Ditanya apakah PKNU setuju FPI dibubarkan sebagaimana yang dituntut sejumlah kalangan, Anam menyatakan, hal itu sepenuhnya merupakan urusan Pemerintah.

"Itu urusan Pemerintah. Tetapi tentunya Pemerintah juga harus menyelesaikan akar persoalan yang membuat organisasi semacam FPI muncul ke permukaan," katanya.[ant/www.hidayatullah.com]

Share this Article on :

0 komentar:

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.