Blogger Themes

News Update :

Bekas Anggota: Khilafah Ahmadiyah Ingkar Janji

Selasa, 13 Mei 2008

Irwan Nugroho - detikcom

Jakarta - Kalangan Ahmadiyah tidak luput dari pertentangan- pertentangan di
dalamnya sendiri. Sehingga beberapa di antara pengikutnya memutuskan keluar
dan kembali ke ajaran Islam yang diyakini kaum muslim.

Salah satu pengikut Ahmadiyah yang meninggalkan aliran itu adalah Ahmad
Haryadi. Selama 13 tahun lebih pria ini menjadi anggota Jemaat Ahmadiyah
Indonesia (JAI).

Haryadi bergabung dengan Ahmadiyah tahun 1973. Setahun dibaiat, dia
dipercaya sebagai mubalig dan mendapat tugas pertama kali mendakwahkan
ajaran Ahmadiyah di Medan, Sumatera Utara.

2 Tahun di Medan, Haryadi dipindahkan ke Jakarta lalu ke Lombok, Nusa
Tenggara Barat (NTB) pada 1980. Namun, justru di tempat itulah keyakinan
Haryadi mengenai Ahmadiyah goyah.

Ceritanya, Haryadi bertemu dengan seorang ulama di Lombok yang dikenal
dengan nama Haji Ervan. Mereka berdebat mengenai kenabian Mirza Ghulam
Ahmad, figur yang dianggap pengikut Ahmadiyah sebagai nabi.

"Di sana ada peristiwa perang doa antara saya dengan Haji Ervan. Saya
katakan, jika keyakinan saya mengenai Mirza benar, maka dalam 3 bulan saya
akan diazab oleh Allah dan saya bersedia dipotong leher saya," ujarnya di
acara Tablig Akbar di Masjid Al Barqah Assyafi'iyah, Tebet, Jakarta Selatan,
Minggu (11/5/2005).

3 Bulan berselang, Haryadi tidak terkena musibah apa pun. Haji Ervan
menggeruduk tempat tinggal Haryadi untuk menagih kata-katanya. Sempat
terjadi keributan dalam peristiwa itu, namun polisi dapat mengendalikan
situasi.

Kebimbangan Haryadi makin kuat sejak adanya peristiwa itu. Hingga akhirnya
saat berada di Malaysia pada April 1986, dia memutuskan keluar dari
Ahmadiyah.

Ulah Haryadi membuat pemimpin JAI marah. Namun, hal itu malah ditanggapinya
dengan tantangan. Haryadi kebali bertaruh mengenai kenabian Mirza dengan
salah satu pimpinan JAI di Indonesia, Tahir Ahmad.

Haryadi bahkan harus berhadapan dengan Khalifah Ahmadiyah yang berada di
London, Inggris. Dia membuat perjanjian dengan sang Khalifah, bahwa jika
dalam satu tahun dia tidak mati, Khalifah itu bersama pengikut Ahmadiyah di
dunia akan meninggalkan Ahmadiyah.

"Itu terjadi pada 16 Oktober 1988. Ini kesaksian saya. Dalam perjanjian jika
saya tidak mati dalam waktu satu tahun khalifah Ahmadiyah akan keluar dari
Ahmadiyah. Saya selamat hingga kini, namun khalifah itu ingkar janji dan
berpura-pura mengutuk Ahmadiyah di Indonesia," imbuh Haryadi yang mengenakan
baju koko warna cokelat.

Tablig akbar itu diikuti 500-an anggota Front Pembela Islam (FPI) dan jamaah
di sekitar masjid. Tampak juga Ketua FPI Habib Rizieq, Sekjen Forum Umat
Islam (FUI) Muhammad Al-Khathath, dan ketua Lembaga Penelitian dan
Pengkajian Islam (LPPI), Amin Djamaludin. ( irw / nrl )

Source :
http://www.detiknew s.com/index. php/detik. read/tahun/ 2008/bulan/ 05/tgl/11/ tim
e/134045/idnews/ 937376/idkanal/ 10

Share this Article on :

0 komentar:

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.