Blogger Themes

News Update :

Wiesenthal, LSM Pembela Yahudi Beri Penghargaan Buat Gus Dur

Jumat, 16 Mei 2008



Terima Penghargaan, Gus Dur Terbang ke AS

Ketua Dewan Syuro Abdurahman Wahid atau Gus Dur direncanakan akan berkunjung ke Amerika Serikat selama 10 hari. Di antara kunjungannya itu, Gus Dur akan menerima penghargaan dari Simon Wiesenthal Center. Simon Wiesentel Center adalah sebuah LSM terkenal di Amerika Serikat yang melindungi kaum Yahudi internasional.

Lembaga yang didirikan pada 1977 oleh Simon Wiesenthal (1908-2005), pemburu penjahat perang Nazi dan pembuat dokumen kekejaman Nazi atas kaum Yahudi, yang dikenal Holocaust.

Salah satu slogan mereka adalah “
Berdiri bersama Israel, membela keselamatan umat Yahudi di dunia dan mengajarkan hikmah Holocaust kepada generasi mendatang.

“Saat ini bersama dengan Museum Of Tolerance di Los Angeles dan New York Tolerance Center, adalah lembaga-lembaga internasional untuk mengenang Holocaust,” sebagaimana tertulis di situsnya www.wiesenthal.com

Lembaga ini juga memiliki kedekatan yang erat dengan Israel untuk membela kaum Yahudi. Lembaga yang mengklaim memiliki 400.000 kader di AS ini memiliki program yang mengajarkan toleransi dan anti terhadap kekerasan SARA. (agnimaya.net)

Terima Penghargaan, Gus Dur Terbang ke AS


Appakah Gus Dur buta? bahwa Israel adalah penjajah Palestina??

Jakarta - KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur memang sedang diperbincangkan di dalam negeri, terkait pecahnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun, penghargaan terhadap Gus Dur dari luar negeri terus mengalir. Gus Dur akan menerima penghargaan dari Simon Wiesenthal Centre, terkait pandangan ajakan pluralismenya selama ini di Indonesia.

Penghargaan yang diberikan oleh LSM internasional tersebut menjadi salah satu pencapaian Gus Dur selama ini. "Sebelumnya ada 12 aktivis yang menerima. 6 Di antaranya memperoleh Nobel perdamaian di kemudian hari," kata Gus Dur dalam jumpa pers di Kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta, Sabtu (3/5/2008).

Untuk menerima penghargaan ini, Gus Dur akan segera terbang ke AS. Di sela-sela lawatannya, Gus Dur akan singgah juga di Universitas George Washington dan bertemu sejumlah senator di AS. Agenda utamanya adalah membincangkan situasi keagamaan terkini di Indonesia.

"Bukan mencari dukungan. Ah kalian bisa saja. Ya ngomongin kondisi Indonesia sekarang ini," tepis Gus Dur ketika disinggung mengenai alasan lawatannya ke AS tersebut terkait pencarian dukungan untuk Pemilu 2009.

Kunjungan itu berakhir di New York pada pertemuan Asosiasi NGO sedunia yang dulu sempat diketuai oleh Gus Dur ketika menjabat sebagai presiden RI. Selain itu Gus Dur juga akan bertemu tokoh Islam setempat seperti Irshad Manji.

Gus Dur akan meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang pada Minggu (4/5/2008). Direncanakan, Gus Dur akan berada di negeri Paman Sam itu selama satu minggu. Selamat Gus! ( Ari / asy / detik )


Jejak Langkah LSM Pelindung Yahudi di Indonesia
Jakarta - Kiprah Simon Wiesenthal Center (SWC) di Indonesia ternyata tidak hanya sebatas rencana pemberian penghargaan pada Gus Dur. LSM pembela Yahudi ini sudah mensponsori sejumlah kegiatan di Indonesia.

Indonesia sepertinya menempati posisi yang khusus bagi Simon Wiesenthal Center. Tiap kegiatan yang disponsori atau diwadahinya selalu terekam di catatan situs resmi mereka.

Dari situs resmi mereka yang dirunut detikcom di http://www.wiesenthal.com , bisa diusut, sekurangnya ada 3 kegiatan yang melibatkan orang Indonesia.


Ahmad Dhani adalah Aktivis Libforall, libforall adalah LSM afiliasi Simon Wiesenthal Center. Tidak heran kalau Ahmad Dhani seorang keturunan Yahudi, bukan??

Pertama, penampilan perdana tokoh Yahudi-Amerika dalam suatu acara talkshow di salah satu televisi Tanah Air. Rabbi Abraham Cooper yang sekaligus kolega SWC berperan sebagai pembicara bersama Rektor UIN Komaruddin Hidayat, budayawan Muji Sutrisno, dan Soegeng Sarjadi.

Tema acara tersebut adalah Toleransi Antar Umat Beragama: Wujud Rahmatan lil Alamin.

Kesempatan lainnya adalah mensponsori konferensi antar agama yang digelar di Bali pertengahan 2007. SWC bersama Wahid Institute dan LibForAll Foundation menggelar acara yang bermuara pada sikap mengutuk keras segala bentuk aksi terorisme.

Ke Bali, Israel mengirim beberapa 'dutanya'. Mereka berkisah bagaimana lolos dari kekejaman holocaust dan bom bunuh diri di Yerusalem.


Di saat umat Islam berjuang membebaskan tanah Palestina, cendekiawan kita justru "berjabat tangan" dengan Israel dan menemui Shimon Peres. Nampak Dr. Syafiq Mughni dan Abdul A'la [NU] menghadiri upacara keagamaan Yahudi. Lihat Fotonya

Paling baru adalah kunjungan 5 orang yang berasal dari ormas-ormas Islam di Indonesia, seperti Muhammadiyah dan NU, ke Israel . SWC bertindak sebagai tuan rumah, sementara kedatangan mereka disponsori oleh LibForAll Foundation.

Tidak disebutkan secara detail siapa-siapa saja yang mewakili ormas-ormas Islam di Indonesia tersebut. Namun dalam situs resmi SWC yang mengutip Jerusalem Post, wakil Muhammadiyah adalah Syafiq Mugni, sedangkan Abdul A'la mewakili NU.

Kedatangan mereka disambut positif oleh SWC. Bahkan kedatangan 5 orang tersebut digambarkan sebagai perwakilan 70 juta orang Indonesia.

"
Sebuah misi penting pemimpin muslim dari Indonesia yang datang ke Israel sebagai tamu Simon Wiesenthal Center. Kelompok ini, mewakili lebih dari 70 juta orang konstituen yang dikoordinasi LibForAll Foundation," klaim SWC dalam situsnya.

Selama di Israel, delegasi melakukan sejumlah ritual Islam maupun Yahudi. Mereka ikut perayaan makan malam Hannuka yang diikuti menari di hesder yeshiva, Kiryat Shmona, ke Bethelehem, berdoa di Masjidil Aqsa di Yerusalem, dan diakhiri perjumpaan dengan Presiden Israel Shimon Peres.
( gah / gah /Detik.com)


Wiesenthal, LSM Yahudi Penjunjung Toleransi
Simon Wiesenthal Center jelas-jelas memproklamasikan dirinya sebagai LSM pelindung Yahudi. Berbagai program sudah terorganisasi rapi untuk mendukung tujuan mereka.


Israel adalah penjajah Palestina sebuah kejahatan yang terang benderang

Salah satunya adalah membentuk Museum Toleransi . Alih-alih penyimpanan benda bersejarah, Museum Toleransi adalah pusat pendidikan.

"Didirikan sejak tahun 1993 untuk mengkonfrontasikan pengunjung pada bigotri dan rasisme, dan untuk memahami holocaust secara historis maupun kontekstual," demikian sekilas penjelasan soal Museum Toleransi yang didapat detikcom lewat situs resmi Simon Wiesenthal Center di http://www.wiesenthal.com

Pusat pendidikan tersebut didatangi 350.000 tiap tahunnya, termasuk 130.000 di antaranya menjadi murid. Program pendidikan di Museum Toleransi mencakup beberapa hal sebagai berikut.

-Tools for Tolerance - Sebuah program harian yang memanfaatkan sarana Museum untuk membahas isu-isu keragaman dan toleransi. Kini, museum telah melatih lebih dari 100.000 profesional, termasuk tenaga pendidik, dan tenaga penegak hukum di California.

-Teaching Steps to Tolerance - Program nasional museum yang dirancang untuk tenaga pendidik kelas 5 dan 6 serta pustakawan sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai toleransi di kurikulum sekolah.

-Task Force Against Hate - mengkonfrontasikan ektrimis dengan cara mengembangkan strategi untuk memerangi penyangkalan holocaust dan mendidik siswa tentang antisemit dan bigotri dengan cara pelatihan yang diadakan di segala penjuru daerah.

-National Institute Against Hate Crimes - Pusatnya, dengan dukungan dari Departemen kehakiman AS melatih penegak hukum profesional.

-Tools for Tolerance for Teens - Pelatihan toleransi untuk remaja.

Simon Wiesenthal Center tidak hanya bergerak pada bidang pelatihan toleransi. Mereka juga bergiat lewat sarana film dengan bendera Moriah Films.

"Moriah telah menghasilkan 9 film sampai dengan saat ini. Dua di antaranya mendapat penghargaan Academy Award untuk film dokumenter terbaik, yakni 'The Long Way Home' (1997) dan 'Genocide' (1981)." ( gah / asy /detikcom)

MUSEUM OF TOLERANCE VERSI SIMON WIESENTHAL CENTER

Share this Article on :

0 komentar:

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.