Blogger Themes

News Update :

Dr. Hendri Saparini: Ekonomi Indonesia Lemah

Rabu, 14 Mei 2008

Monday, 12 May 2008 08:42

Syabab.Com - Melihat indikator tingkat kesejahteraan, rapuhnya struktur industri manufaktur, adanya penguasaan berbagai sektor strategis oleh asing, dan ketergantungan pemerintah terhadap pembiayaan luar negeri yang sangat tinggi menunjukkan ekonomi Indonesia demikian lemah. Hal itu dikemukakan Dr. Hendri Saparini dari Tim Indonesia Bangkit pada acara Diskusi Panel "Indonesia Menuju Kebangkitan Hakiki" yang digelar oleh Hizbut Tahrir Indonesia, Ahad (11/05) di Bogor.


Menurut Dr. Hendri Saparini, meskipun pemerintah memiliki anggaran pengentasan kemiskinan yang semakin besar, namun jumlah penduduk miskin tidak berubah seperti diperlihatkan oleh data BPS tahun 2004 - 2007. Kepemilikan asing pada instrumen finansial Indonesia juga meningkat tajam. Adapun Total pertumbuhan porsi asing di sektor saham, SUN dan SBI adalah meningkat 33% dalam kurun waktu 1 tahun (2006-2007).

Ibu Hendri juga memaparkan bahwa pendapatan per kapita Indonesia paling lemah di Asia. Pada tahun 1960-an, GNP Indonesia, Malaysia, Thailand, Taiwan, China nyaris sama yakni kurang dari US$ 100 per kapita. Namun pada tahun 2004, Indonesia tertinggal jauh. GNP per kapita Indonesia US$ 1000, Malaysia US$ 4520, Korea Selatan US$ 14.000, Taiwan US$ 14.590 dan China 1500 US$.

Lebih lanjut, Dr. Hendri melihat arah tanggung jawab pemerintah untuk melindungi dan mensejahterakan rakyat semakin berkurang. Ini menurutnya karena kebijakan yang bersifat neoliberal. Sedangkan kebijakan ekonomi sekadar menjadi kebijakan tangan kepentingan asing bukan kepentingan nasional. Pemerintah juga menurutnya telah membiarkan strategi dan kebijakan ekonomi disandera oleh lembaga multilateral seperti Washington Consencus lewat utang luar negeri, korporasi raksasa lewat investasi dan komprador lewat undang-undang dan kebijakan. Terkait dengan ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi pemerintah tidak didasarkan kepada kesejahteraan individu melainkan hanya pada tercapainya indikator antara sesuai ukuran-ukuran global yang digunakan oleh lembaga multilateral seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi serta nilai tukar.

Terakhir, Ibu Hendri menyatakan bahwa untuk menuju Kebangkitan Indonesia maka perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, adanya kesepakatan tentang tujuan pembangunan ekonomi dan indikator pengukurannya. Kedua, adanya kesepakatan tentang kewajiban-kewajiban negara dalam memenuhi hak dasar masyarakat (pangan, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan) dan cara pemenuhannya. Ketiga, adanya kesepakatan tentang jalan menuju kemandirian ekonomi (cara pembiayaan, penguasaan sektor strategis).

Memang ini semua merupakan cerminan dari pelaksanaan ekonomi kapitalis. Ibu Hendri juga menegaskan konsep ekonomi yang diajarkan di sekolah kepada anak didik, adalah murni ekonomi kapitalis. Seharusnya yang diajarkan adalah konsep ekonomi Islam sebagai alternatif.

Selama negeri-negeri Muslim mencengkram kapitalisme maka yang ada hanya kesengsaraan dan keterpurukan. Kebangkitan yang digembar-gemborkan hanya klise dan pembohongan. Karena sesungguhnya negeri ini belum bangkit malah menuju kebangkrutan. Kebangkitan hakiki hanya akan tercapai bila Islam menjadi asas berfikir bagi masyarakat dan itu terwujud melaui tegaknya Khilafah Islamiyyah. Insya Allah tak akan lama lagi. [m/f/syabab.com]

Share this Article on :

0 komentar:

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.