Blogger Themes

News Update :

Krisis Remaja Kritis-Ideologis

Sabtu, 02 Februari 2008

Orang-orang yang melontarkan kritik bagi kita pada hakikatnya adalah pengawal jiwa kita, yang bekerja tanpa bayaran. (Corrie Ten Boom)

“Turunkan harga sembako..!”
“Turunkan harga BBM..!”
“Hukum Mati Pelaku Korupsi..”!

bukamata1107.wordpress.com - Itulah sebagian tuntutan yang sering disuarakan mahasiswa terhadap pemerintah. Nggak cuman di ibukota, di daerah-daerah juga suara protes mahasiswa lumayan lantang terdengar. Aturan pemerintah yang tak berpihak pada rakyat kecil, jadi sasaran empuk kaum intelektual muda untuk dikritik. Mulai dari konversi minyak tanah ke gas hingga respon pemerintah terhadap korban bencana. Nggak ketinggalan kebijakan rektor yang dianggap merugikan mayoritas mahasiswa juga ikut diangkat sebagai tema aksi. Asal jangan anarkis ya..

Bukan cuman mahasiswa, sikap kritis juga sering kedapetan ngecengin segelintir pelajar. Meski nggak selalu turun ke jalan dan teriak-teriak, sikap kritis tetep mereka tunjukkan. Ada yang dituangkan dalam coretan dinding, majalah tembok, buletin sekolah, atau tulisan dalam blog. Sasaran kritiknya juga lebih banyak situasi kondisi yang dekat dengan kesehariannya. Mulai dari perilaku temen yang nge-bete-in, guru killer, masalah di rumah, atau aturan sekolah yang bikin gerah. Kalo yang nyerempet-nyerempet politik gitu? Hmm.. belon kayanya.

Jangan Bungkam Suara Remaja

Sikap kritis berarti keberanian ngasih masukan berupa opini pribadi, kritikan, saran, atau pembelaan. Sayangnya, sikap kritis remaja nggak selalu direspon positif. Usia yang masih bau kencur sering kali dianggap belum layak ngasih masukan. Apalagi kalo sikap kritis remaja ditujukan ke orang yang usianya di atas mereka atau ’ngompol’ alias ngomong politik. Malah dibilangin sok tahu, sok pinter, dan dipandang sebelah mata. Kaya gini nih yang bikin remaja jadi males berikap kritis. Masih untung ketika suara mereka dicuekkin, mereka tuangkan dalam tulisan. Lha kalo lebih memilih kabur dari rumah, bolos sekolah, atau bikin masalah yang pastinya dapet perhatian, kan repot tuh!

Tragis banget ya, ketika sikap kritis remaja ’dibunuh’ justeru oleh orang-orang yang seharusnya jadi teladan remaja. Padahal sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. aja pernah bilang, “…lihatlah apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan..”. Tuh kan?

Nggak ada salahnya kan dengerin suara remaja. Ngasih kesempatan mereka untuk mengeluarkan dan mendiskusikan pendapatnya. Sama-sama nyari kebenaran, bukan pembenaran. Kalo gitu kan enak. Remaja jadi berani bersikap, punya prinsip, mandiri, dan tentunya lebih siap jadi pemimpin di masa depan. Bukannya ini yang kita sama-sama harepin?

Dan untuk kita selaku remaja, mending selalu positif thinking dengan respon buruk atas sikap kritis kita. Anggap saja sebagai pelecut semangat. Mungkin bukan sikap kritis kita yang salah, tapi cara penyampaiannya yang kurang etis. Jadinya ada yang salah tangkep. Niatnya cuman ngingetin, tapi dinilainya ngerecokin. Berabe kan?

Walau Kritis Tetep Etis

Biar orang laen enak dengan sikap kritis kita, boleh juga pake aturan maen sikap kritis yang etis. Ini beberapa tips dari kita:

Pertama, bukan untuk menjatuhkan apalagi melecehkan. Kita nggak maen vonis bersalah ama orang lain. Soalnya, boleh jadi kesalahan orang lain dimata kita, ternyata itulah hal terbaik yang bisa dia perbuat seperti yang dia pahami. Cari tahu dulu alasan dia berbuat itu sebelum ngasih masukan. Ajukan pertanyaan ’ada apa?’, bukan ’kenapa?’. Biar orang nggak merasa disudutkan. Ok?

Kedua, kritisi cara berpikirnya bukan orangnya. Sikap kritis udah sepantasnya jadi ajang persahabatan, bukan permusuhan. Kalo beda pendapat, teteplah berdiskusi dan beradu argumen dalam ruang adu pendapat. Jangan bawa-bawa kekurangan fisik lawan bicara atau masalah pribadi dia ke arena diskusi. Nggak fair tuh!

Ketiga, siap terima umpan balik. Niatkan dari awal, kita bersikap kritis untuk meraih ridho Allah dan merekatkan ukhuwah. Sehingga kita lebih siap ngadepin apapun resiko dari kebenaran Islam yang kita sampaikan. Kalo responnya positif, alhamdulillah itu yang sangat diharapkan. Tapi kalo responnya ternyata buruk, menuai protes, bahkan mengancam jiwa, tetep cool, calm, and confident. Jangan terpancing bertindak anarkis. Karena anarkis, hanya akan mengubur akal sehat dan menodai sikap kritis kita. So, jadi remaja kritis nggak pake anarkis!

Keempat, punya prinsip. Bakal banyak pendapat dan argumen saat kita bersikap kritis. Saat itu, kita dituntut untuk berani bersikap. Pilihan yang disodorkan, setuju atau tidak setuju. Nggak ada pilihan ragu-ragu. Lumayan dilematis juga ngadepin situasi kaya gini. Kalo tidak setuju dan tetep pegang pendapat sendiri tapi nggak bisa ngejelasinnya, entar dibilang ngeyel. Kalo setuju terus pindah ke lain hati, malah dianggap plin-plan. Disinilah pentingnya punya prinsip. Biar nggak gampang dihantui dilema dan rasa ragu. Untuk itu, pilih prinsip yang pasti-pasti aja deh. Dan sebagai muslim, cuman prinsip Islam yang udah pasti. Pasti anti ragu bin dilema, pasti diridhoi Allah swt, dan pastinya selamat dunia akherat. Asyik kan?

Kelima, kritik ‘cantik’. Biar kendengerannya sopan, terkadang sikap kritis kita tunjukkan dengan terlebih dahulu ngasih pujian yang disisipi kata sambung ’tapi’. Misal, “saya seneng deh denger kamu nyanyi. Tapi saya jauh lebih seneng kalo kamu nyanyinya dalam hati saja”. Waduh! itu mah sama saja melambungkan lawan bicara ke angkasa lalu menghempaskannya ke atas bumi. Sakit banget pren. Pujiannya jadi kaya gak ikhlas gitu. Jauh lebih etis kalo kita ganti kata sambung ’tapi’ yang artinya bertolak belakang dengan ’dan’ yang artinya sejajar. Jadi, “saya seneng deh denger kamu nyanyi dan saya yakin suara kamu pasti akan lebih merdu lagi dengan terus berlatih. Tetaplah bernyanyi…”. So sweet…!

Keenam, sodorkan bukti. Jangan sampai sikap kritis kita mencoreng nama baik atau dianggap provokator. Entar kena somasi repot deh. Kalo mengkritisi kebijakan pemerintah yang bikin rakyat sengsara dunia akherat misalnya, sertai bukti yang kuat dan akurat. Jangan cuman bermodalkan megaphone, poster, atau spanduk aja saat demonstrasi. Kalo ada bukti, cukup sedikit bicara tapi mengena. Cocok!

Ketujuh, kritisi dengan solusi. Terutama kalo menyangkut kepentingan umum, siapkan solusi yang ngasih kebaikan untuk semua. Bukan solusi yang malah nambah masalah baru. Seperti dalam masalah HIV/AIDS. Kondomisasi atau pembagian jarum suntik steril sering jadi andalan pemerintah dah LSM untuk mengerem penyebaran wabah HIV. Padahal solusi itu malah kian melestarikan budaya seks bebas dan penggunaan narkoba. Bagusnya, negara pake aturan Islam yang sempurna untuk ngatur rakyatnya. Karena hanya ketegasan aturan Islam yang bisa mengeliminasi budaya seks bebas dan peredaran narkoba dari masyarakat. Itu baru solusi mak nyus!

Tanda Peduli dan Cinta

Punya sikap kritis emang perlu. Sayang banget kalo kita mengkarantina sikap kritis dalam hati saja. Soalnya, sikap kritis bagus untuk kesehatan jiwa. Bisa memupuk jiwa sosial karena kepekaan kita dengan lingkungan sekitar. Bisa juga melatih kita untuk berani ngomongin pendapat. Jarang-jarang lho ada remaja berani bersuara. Kebanyakan adem ayem aja sibuk dengan dunianya sendiri.

Punya sikap kritis, bukan berarti kita ngerecokin urusan orang lain lho. Lebih pas kalo sikap kritis dimaknai sebagai wujud kepedulian dan ekspresi cinta. Bayangkan kalo selama hidup nggak ada yang mengkritik kita. Nggak ada yang ngingetin kita. Nggak ada yang ngasih advice alias saran untuk perbaikan diri kita. Itu artinya, nggak ada yang peduli dan merhatiin kita. Idih, sedih banget deh pastinya.

Karena itu, sikap kritis juga berfungsi sebagai kontrol. Baik kontrol sosial maupun kontrol secara personal. Adanya sikap kritis, membantu kita menjaga masyarakat agar tetep beradab. Kalo nggak ada yang kritis terhadap gaya hidup remaja yang hedonis, alamat remaja makin terancam masa depannya. Kalo nggak ada yang kritis saat ngeliat retsleting celana kita yang terbuka, kita bisa tengsin berat. Itu berarti, sepedas apapun kritikan yang disampaikan, akan ngasih kebaikan untuk kita semua. Pastinya!
Sebagai muslim, sikap kritis akan menjauhkan kita dari kerugian dunia akherat. Allah swt juga menegaskan dalam firman-Nya:

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS. Al-Ashar [103]: 2-3).

Kalo nggak kritis, apalagi ditengah kerusakan sistem kapitalis sekuler yang tengah mengatur hidup masyarakat kaya sekarang, kita bakal kebagian getahnya euy. Rasul mengingatkan dalam sabdanya:

“Perumpamaan orang yang menegakkan hukum-hukum Allah dan yang melanggarnya adalah bagaikan suatu kaum yang mengadakan undian untuk naik sebuah kapal, maka jadilah sebagian mereka ada di atas dan sebagian lagi di bawah. Lalu orang-orang yang ada di bawah jika mereka hendak mengambil air maka harus melewati orang yang di atas mereka. Maka mereka berkata: “Seandainya kami melubangi kapal ini maka kami tidak mengganggu orang yang di atas kami.” Jika para penumpang kapal itu membiarkan apa yang mereka kehendaki itu maka semuanya akan binasa. Tetapi jika mereka mencegahnya maka selamatlah dan selamat semuanya.” (HR. Al-Bukhari)

Untuk ngasih nilai lebih pada sikap kritis kita, ekspresikan bukan hanya untuk kepentingan sendiri. Tapi untuk kepentingan bersama. Bukan hanya kritis ama temen sekolah atau sikap anggota keluarga dirumah, Kritisi juga situasi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, atau budaya yang mengancam kehidupan umat. Nggak berat kok. Hanya perlu sedikit kepedulan kita aja. Biar nggak asal kritis, pake kacamata Islam untuk ngeliat kondisi yang layak dikritisi.

Dan jangan lupa, selalu sertakan Islam ideologi sebagai solusi dari setiap masalah yang dikritisi. Tak hanya akhlak dan moral aja yang jadi penawar. Biar pemecahannya bisa tuntas..tas..tas. Disini pentingnya kita mengenal Islam lebih dalam. Ikut ngaji gitu lho. Dengan ikut ngaji, bisa menumbuhkan sikap kritis, penyampaiannya lebih etis, nggak pake anarkis, dan solusi yang ditawarkan juga ideologis. Inilah karakter remaja kritis yang ideologis. Mantap! [hafidz341@gmail.com]



Share this Article on :

0 komentar:

 

© Copyright AL-FATIH ZONE 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.