Sekitar 200 massa yang tergabung dalam MASSIP (Masyarakat Sumatera Selatan Anti Sipilis – Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme) melakukan aksi turun ke jalan menentang rencana pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyelenggarakan acara Pemilihan Miss Indonesia di Palembang. Aksi damai ini dimulai dari Monumen Penderitaan Rakyat (Monpera) menuju kantor DPRD Sumsel. Pada hari itu pekikan takbir bergema dari ratusan massa yang juga diikuti oleh abang becak kota Palembang.

Mereka menolak Palembang Darussalam dijadikan ajang maksiat mempertontonkan porno aksi seperti Miss Indonesia. MASSIP meminta agar dana sebesar 1,9 Milyar Rupiah yang dianggarkan untuk kegiatan maksiat tersebut dipergunakan untuk kegiatan yang bermanfaat bukan dihambur-hamburkan untuk mempertontonkan aurat. Mereka juga menolak Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme berkembang di provinsi para wali ini dan mendesak diterapkannya Syariat Islam dalam bingkai Khilafah.

Setiba di Kantor DPRD, utusan massa diterima oleh Bpk. Syaiful Islam dari Komisi IV. Para utusan yang menyampaikan pendapatnya di depan Dewan adalah Ust. Mahmud Jamhur, Ust. Legawan Isa, Ust Umar Said, Ust. Syahrul Mustain, KH. Drs Zainal Bahry Bey dan Ustadzah Syafrida. Pernyataan sikap MASSIP dibacakan oleh Ust. Mahmud Jamhur sebagai koordinator aksi. Dalam paparannya beliau menambahkan agar DPRD & Pemprov Sumsel tidak hanya membatalkan Miss Indonesia tetapi juga harus membatalkan semua rangkaian acara visit musi yang tidak sesuai dengan Islam seperti: festival imlek, festival barongsai, lombah lukis telur paskah, prosesi waisyak, doa bersama antar agama dan ziarah di monumen silk air. Ketua DPD Hizbut Tahrir Sumsel ini meminta agar syariat Islam segera diterapkan sehingga masyarakat terlindungi dari segala macam ancaman.

Aktivis Forum Anti Pemurtadan, Ust. Legawan Isa mengingatkan Pemerintah dan Dewan agar berhati-hati dalam mengambil kebijakan, karena semua itu akan menghadapi pengadilan Allah diakhirat kelak. Orang yang pertama masuk neraka adalah penguasa. Bila penguasa tidak membatalkan acara Miss Indonesia di Palembang maka tunggulah azab Allah kelak. Demikian paparnya.

Ust. Umar Said dari KAHMI menambahkan agar Pemerintah dan Dewan meninjau ulang seluruh agenda Visit Musi yang akan melemahkan aqidah umat. Beliau yang juga merupakan Pengurus Forum Ukhuwah Ulama Umara Sumsel ini mempertanyakan sikap pemerintah yang baru membatalkan setelah adanya tekanan dari Ormas Islam. “Seharusnya pemerintah tidak perlu menunggu demonstrasi massa baru membatalkan. Pemerintah seharusnya mengerti mana budaya yang Islami dan mana budaya penjajah” ungkapnya.

Selanjutnya Ust. Syahrul Mustain meminta Pemerintah dan DPRD segera kembali ke Syariat Islam dengan menerapkanya dalam setiap aspek kehidupan. Menurut pengasuh pondok pesantren Sultan Mahmud Badaruddin II ini bahwa segala malapetaka yang terjadi di negeri ini adalah akibat tidak diterapkan Syariat Islam dalam bingkai Khilafah untuk itu sudah saatnya pemerintah bertobat dengan menerapkan Islam.

Setelah mendengarkan semua masukan dari utusan massa , anggota DPRD Bpk Syaiful Islam, sepakat dengan MASSIP untuk menolak diselenggarakannya Miss Indonesia di Palembang. Beliau berjanji akan segera melakukan rapat pleno pembatalan acara tersebut yang merupakan salah satu rangkaian Visit Musi 2008. ”Saya akan perjuangkan aspirasi ini sampai mati” demikian pungkasnya. Rangkaian acara dilanjutkan dengan penandatanganan kesepakatan dari DPRD Sumsel, pernyataan Resmi DPRD tentang penolakan Miss Indonesia dan penyerahan tanda-tangan masyarakat sumsel. Akhirnya acara ditutup dengan doa oleh KH. Drs Zainal Bahry Bey yang merupakan ketua MUI Sumsel. Sebelum aksi damai ini dilaksanakan, MASSIP telah membuka posko di Pelataran Masjid Agung Palembang selama 2 hari untuk mengumpulkan tanda-tangan masyarakat yang menolak Miss Indonesia. Dari kegiatan ini terkumpul kurang lebih 1.800 tanda-tangan.

Sehari sebelum aksi damai turun kejalan ini dilaksanakan, Gubernur Sumsel yang sebelumnya ngotot diselenggarakannya Miss Indonesia di Palembang akhirnya membatalkan acara tersebut. Hal ini disambut positif oleh kalangan Ormas Islam. MASSIP merupakan gabungan ormas-ormas islam di Sumatera Selatan yaitu: Hizbut Tahrir Indonesia Sumatera Selatan, KAHMI Kota Palembang, Gerakan Muslimat Indonesia (GMI Kota Palembang), Ukhuwah Centre Sumatera Selatan, Forum Muslimah Peduli Syariat Islam (FMPSI Sumsel), Majelis Taklim Al Ikhsanul Ikhwan Sumsel, Majelis Taklim Al Hidayah Sumsel, Majelis Taklim As Sakinah Palembang, Wanita Shufiyah Indonesia Sumsel, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI Orwil Sumsel), Forum Pemuda Bangkit Sumsel (FPB-SS), PII Cabang Palembang, FAKTA, HMI Cabang Palembang, KOHATI Cabang Palembang, Syarikat Islam Sumsel dan juga MUI Sumsel (Budianto Haris/Humas HTI Sumsel).